DIJAGA GURU BESAR[1]
Cerita ini mengisahkan seorang dukun bayi yang menuturkan kabar yang mengagetkan seorang murid. Wanita tukang urut bayi yang berasal dari Kemayoran itu rupa-rupanya mempunyai ‘indera keenam’ sehingga dapat menganalisa gangguan non fisik yang terjadi pada setiap pasien bayinya. Sang dukun belum atau tidak pernah tahu apa itu Al-Idrisiyyah atau siapa itu Syekh al-Akbar.
Mungkin karena sayang kepada cucunya inilah seorang kakek (murid Al-Idrisiyyah) mencari seorang dukun bayi tersebut yang dapat menentramkan cucunya yang sering menangis. Pada saat Bu dukun melihat bayi itu, serta merta ia berkata,’Anak kamu ini (kata dukun kepada ibunya) sedang dijaga oleh seorang Guru Besar!!’
‘Guru Besar?! Apa maksudnya dan siapa Guru Besar itu?’ jawab sang ibu bayi keheranan. ‘Itu lho, yang saat ini sedang berkuasa atas segala alam jagat raya ini!’ jelas sang dukun. ‘Ia mempunyai amalan / cara dzikir yang berbeda dari yang lain, juga sholawat yang lain daripada yang lain. Saya lupa bacaannya!?’
Lalu sang ibu bayi membawa buku Hadiqatur Riyahin (kumpulan awrad jama’ah Al-Idrisiyyah) yang suka dibaca ayahnya.
‘Bacaannya ini bukan?’ Laa ilaaha illallaah Muhammadur Rosuulullaah Fii Kulli lamhatiw wanafasin ’adada maa wasi’ahuu ’ilmullaah!’
‘Yaa, Benar. Itu dia bacaannya!’ jawab Bu Dukun bayi dengan mantap. ‘Tolong, segera bawa anakmu ini kepadanya, agar ia tidak ‘dijamah’ (diganggu) oleh yang lain (maksudnya makhlus halus yang mengganggu). Karena anak bayimu ini seperti sangkar emas yang banyak menarik perhatian / keinginan makhluk gaib untuk memasukinya.
Mendengar ucapan tukang urut bayi itu, dibawalah anaknya kepada Syekh al-Akbar Muhammad Daud Dahlan Ra., Sulthan Awliya pada zaman ini, yang ciri-cirinya telah disebutkan oleh sang Dukun bayi. Akhirnya sang ibu bayi pun ikut tertarik untuk minta dijadikan sebagai murid Beliau.
Sedangkan dukun wanita tersebut begitu diajak bertemu dengan Syekh al-Akbar ia enggan. Dia merasa sungkan (malu) berhadapan dengan Beliau, dikarenakan kewibawaan yang ia rasakan di alam ruhani.
[1] Kamis, 1 Februari 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar