Selasa, 28 Juli 2009

Sayid Abdur Rahman al-Mishri, Shahibul Misool Papua

Ketika saya diberitahu isteri saya mengenai sebuah acara tv yang menceritakan tentang keindahan sebuah pulau dan lautnya, disertai dengan adanya gua yang di dalamnya terdapat 2 buah makam, seketika itu hati ini menjadi penasaran. Di manakah tempat yang indah itu? Dan makam siapakah yang berada di dalam gua tersebut. Sungguh aneh, di tempat terpencil yang dikelilingi laut itu ada orang yang pernah hidup di sana. Bahkan ada tanda tanya besar, mengapa makamnya begitu dihormati sehingga dirawat dengan baik. Saya berusaha mencari di internet, tapi tidak juga berhasil. Biasanya saya gemar mencari buku-buku menarik (apalagi yang baru) tapi saat itu tidak ada waktu untuk datang ke toko buku.

Cerita ini akhirnya memancing kabar isyraqiyyah, yang menjelaskan itu semua. Ini merupakan anugerah yang ke sekian kali dari Murobbi Ruhina, Guru kami Syekh al-Akbar sehingga terkuak rahasia yang belum terungkap dalam literatur manapun. Mudah-mudahan cerita ini banyak manfaatnya dan hikmah bagi ita semua.

Adalah Sayid Abdur Rahman bin Abdullah bin Alwi al-Mishri, seorang kelahiran Mesir yang merantau jauh dari Negeri asalnya hingga mengabdikan akhir hidupnya di daerah terpencil di ujung Timur kepulauan Nusantara ini.

Beliau berperawakan tinggi (tapi tidak terlalu tinggi), berambut ikal, kulitnya kemerah-merahan. Jarang mengenakan imamah (surban) karena Beliau lebih senang menutup surban di atas kepalanya saat khalwat atau berdzikir. Beliau Ra. jarang sekali membawa perbekalan makanan saat melakukan khalwat atau berpergian ke suatu tempat. Ia tidak merasa khawatir dengan makanan, justru seolah makanan menghampirinya dengan berbagai sebab. Dengan kata lain, ia lebih memilih tawakkal dalam perjalanannya.

Sayid Abdur Rahman adalah orang yang memahami sya’ir, dan ahli balaghah, dan ini terbukti dari setiap tutur katanya yang indah dan tersusun. Dan memang Beliau merupakan orang yang menyukai keindahan.

Kisah ini berawal dari keberangkatan Beliau dari negeri Mesir, setelah melalui berbagai kunjungan ziarah Beliau ke beberapa Negara, di antaranya Al-Haramayn, Baghdad, Turki, dan sebagainya. Dan Beliau mempunyai kebiasaan berziarah ke berbagai tempat, berkelana ke berbagai negeri. Di tempat kelahirannya, Mesir, Beliau sudah berkeluarga dan memiliki sahabat. Semuanya Beliau tinggalkan, karena perintah Gurunya. Di akhir perjumpaan Beliau sesudah berkunjung dari Turki (sebelum berangkat merantau) Beliau mengadakan janjian untuk bertemu kembali, sahabatnya berkata, ‘Insya Allah, jika Allah takdirkan, kita akan bersua kembali’.

Menarik untuk diungkapkan bahwa Sayid Abdur Rahman ini adalah salah seorang murid Nabi Khidhir As. Dan melalui bimbingan Nabi Khidhir inilah Beliau diperintahkan suatu ketika untuk merantau ke negeri Jawi di wilayah Timur dalam rangka menyebarkan ajaran Islam. Salah satu kelebihan Beliau adalah saat ada khatir (kretek hati) ingin bersua Nabi Khidhir As, maka seketika datanglah gurunya tersebut tanpa penantian yang lama.

Sebelum Beliau mengetahui yang membimbingnya adalah Khidhir As., terdengar suara yang memerintahkannya untuk berangkat pergi ke negeri seberang jauh di wilayah Timur, tepatnya di daerah Jawi (dahulu belum ada nama Indonesia). Tempat itu adalah tempat yang terindah di dunia ini yang belum diketahui oleh manusia di muka bumi ini. Beliau kemudian bertanya, ‘Apakah ada tempat yang lebih indah di dunia ini daripada apa yang saya kunjungi selama ini?’ Jawab suara misterius itu, ‘Ada!’ Lalu Sayid Abdur Rahman bertanya, ‘Siapakah gerangan Anda ini?’ Maka dijawab, ‘Nanti, engkau akan mengetahuinya!’

Berbagai tempat yang pernah Beliau singgahi dan lewati adalah Kerajaan Samudera Pasai, Banten, Brunai, Ambon, hingga Beliau disampaikan kepada gugusan pulau yang dikelilingi laut yang luas. Saat Beliau sampai di tempat itu, Beliau berpendapat, ‘Belum pernah ada tempat yang seindah ini selama aku merantau ke mana-mana!’ Akhirnya, Beliau pun betah tinggal di sana hingga akhir hayatnya.

Sebenarnya pencarian Beliau terhadap tempat yang dimaksud itu mirip dengan apa yang dialami oleh Syekh Abdul Muhyi Pamijahan saat mencari tempat yang diisyaratkan Yang Ghaib pada dirinya. Syekh Abdul Muhyi menemukan tanda mengenai tempat yang dituju berdasarkan isyarat sebuah tangkai tumbuhan yang tumbuh becabang tiga apabila ditancapkan di tempat tersebut. Akhirnya Beliau menemukan gua Pamijahan sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir.

Lain halnya dengan Sayid Abdur Rahman, Beliau diisyaratkan oleh sosok ghaib akan sebuah tempat di daerah lautan yang menghampar hijau. Dari perjalanan Beliau melewati banyak tempat, singgah di pulau atau bandar yang satu lalu ke pulau yang lain kesemuanya diperhatikan satu persatu, dan tidak juga berhasil menemukan tempat yang dimaksud. Yang selalu dijumpai adalah pemandangan laut yang airnya berwarna biru atau coklat (keruh). Ia berlayar terus mengarah ke arah Timur wilayah Nusantara. Sesampainya di daerah kepulauan Misool, Beliau merasakan apa yang ia lihat persis dengan apa yang diisyaratkan kepadanya. Akhirnya Beliau gembira menemukan apa yang selama ini ia cari. Keindahan laut beserta jajaran pulau di hadapannya seolah baru muncul ke permukaan. Memancarlah keindahan tempat itu, membuat terpesona bagi siapapun yang melihatnya.

Konon, tempat itu lebih indah dari kepulauan Seribu yang berada di wilayah utara Pantai Jakarta dan Banten. Air lautnya berwarna hijau bening, pulau-pulaunya saling berdekatan satu dan lainnya sehingga dikatakan sebagai kepulauan.

Beliau berkata, ‘Kalau Laut Mati memiliki kadar garam yang tinggi, dan tempat yang saya diami ini memiliki nilai keindahan yang teramat tinggi. Benarlah, bahwa setiap makhluk ciptaan Allah itu memiliki kelebihannya masing-masing. Demikian indah ciptaan Allah ini, maka bagaimanakah Yang menciptakannya?’

Beliau berkata, ‘Kalau ada orang yang melihat pasti terbelalak matanya seperti melihat zamrud di atas ketinggian ‘Arasy. Maka aku tidak beranjak sekejap pun darinya, aku mengagumi keindahan ciptaan Allah dan aku menjunjung Kebesaran Penciptanya’.

‘Hanya Subhanallah yang wajib diungkapkan bagi yang menyaksikannya, ucapan Alhamdulillah bagi yang berpijak di atasnya, dan Allahu Akbar sebagai kesempurnaan atas apa yang aku terima, sebagai kesyukuran terhadap anugerah yang diberikan Allahu Ahad, Ash-Shomad. Kemudian Beliau melantunkan Asmaul Husna. Ditutup dengan alladzii lam yalid walam yuulad walam yakul lahuu kufuwan ahad, laysa kamitslihi syay-un wahuwas sami’ul bashiir.

Rupanya Beliau hidup semasa dengan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), karena secara historis sebelum Beliau sampai ke Misool, Beliau singgah terlebih dahulu ke Cirebon menjumpai Sunan Gunung Jati (yang juga berasal dari Mesir). Persinggahan itu sesudah Beliau mampir ke Palembang. Namun ada sebagian orang berpendapat pula bahwa Beliau pernah datang ke Indonesia sebelum Syarif Hidayatullah.

Beliau berasal dari keturunan Husain Ra. (sehingga diberi gelar al-Husaini). Konon keturunan Rasulullah Saw dari Husain Ra. ini kebanyakan berasal dari Yaman (Hadhramaut). Tapi Beliau berkata, ‘Aku bukan berasal dari Yaman,aku bukan Habib!’

Lalu Beliau mengisahkan asal muasal timbulnya istilah Habib. Bahwa dahulu kala Yaman itu merupakan negeri yang gersang. Hingga disebut Hadhramaut (tanah yang mati). Kemudian datanglah keturunan Nabi Saw ke tempat tersebut, yang disambut oleh para penduduk asli dengan kegembiraan, ‘Marhaban Yaa Habiibi,marhaban Yaa Habiibii!’ Maka disematkanlah istilah tersebut kepada keturunan Rasulullah setelahnya. Padahal istilah itu hanyalah bersifat majazi, dan yang sebenarnya al-Habib (Sang Kekasih) adalah Rasulullah Saw. Selanjutnya sebagai ungkapan kegembiraan, dikumandangkanlah syair, sholawat dan pembacaan Maulid disertai tabuh-tabuhan. Setelah itu muncul berbagai jenis Rawi Maulid seperti Ad-Diba’i, Simtud Durar, Adh-Dhiya’ul Lami’, dsb. Namun yang lebih awal dan utama menurut Beliau di antara Rawi Maulid yang ada adalah Rawi Al-Barzanji.

Beliau termasuk salah satu Rijalallah yang masih berkeliaran membantu dan membimbing umat manusia di muka bumi. Beliau datang kepada orang yang menyebut dan memanggilnya, namun tidak bagi yang tidak meyakininya. Sebuah hadits menguatkan akan adanya Rijalallah ini. Dalam sya’ir Ghautsiyyahnya Syekh Abdul Qadir al-Jaelani Q.S mengungkapkan, ‘Ibadallaah Rijaalallaah Agitsuunaa bifadhlillaah!’ [Wahai Hamba Allah, Petugas Allah, tolonglah kami dengan kemurahan Allah!’ Dan dalam Tarekat Al-Idrisiyyah (khususnya di Indonesia) biasa diungkapkan oleh sang murid dalam berbagai hal, ‘Madaad Syekh Akbar!’ Adalah hal yang menyerupainya.

Saya diberitahu alamat yang begitu lengkap mengenai wilayah dimaksud, yakni Kepulauan Misool. Makam Sayid tersebut berada di sebuah gua yang bernama Gua Keramat. Nama Pulaunya juga disebut sebagai Pulau Keramat, di daerah Pulau Harapan Jaya, Misool, Papua Timur. Data di internet menunjukkan bahwa tempat ini termasuk dalam wilayah Raja Ampat.

Dahulu wilayah ini masih menganut animisme, hingga datang perubahan keyakinan kepada Tauhid, sejak datangnya Sayid Abdur Rahman ke tempat ini. Setelah itu kebanyakan orang di wilayah kepulauan ini menganut agama Islam. Saat ini sudah banyak kaum pendatang yang berasal dari Ambon hingga Banten yang menetap di wilayah ini.

Makam Sayid Abdur Rahman terlihat bersih dan rapih, karena ada yang merawatnya. Tepat di atas makam Beliau ada lubang yang tembus ke langit, berbentuk seperti kubah. Pemandangan ini menambah keindahan suasana di dalam gua tersebut. Di sebelah makam tersedia dupa (pembakaran wangi-wangian) bagi penziarah.

Menurut orang kepulauan di sana, tidak sempurna hajat seorang pendatang sebelum datang berkunjung ke gua keramat, tempat bersemayam Sayid Abdur Rahman ini. Apabila tidak berziarah dahulu ke tempat ini, biasanya terjadi sesuatu hal yang menjadi penghalang atau tidak mulus kenginannya. Beliau berkata, ‘Aku tidak menyukai orang yang merokok saat berziarah kepadaku, dan wajib orang yang hendak berziarah denganku berwudhu terlebih dahulu. [Larangan merokok saat berziarah sama seperti apa yang diterapkan di makam Syekh Abdul Muhyi Pamijahan, hanya saja di sana dibatasi pada wilayah tertentu saja] Namun demikian Sayid Abdur Rahman di sini tidak menyatakan keharamannya (mencegah orang yang masih merokok berziarah kepadanya).

Saya sempat bertanya martabat kewalian apakah yang disandang Sayid Abdur Rahman ini? Lalu dijawab, ‘Imamayni!’ (Tingkatan kewalian kedua setelah Sulthan Awliya, yang hanya ada 2 orang di setiap zaman). Beliau telah terbiasa melakukan riyadhah, dan menyukai tempat yang sunyi. Dikisahkan, Beliau Ra. sering mendatangkan hidangan dari langit lewat do’a yang diucapkan oleh Nabi Isa As sewaktu berada di hadapan kaum Hawariyyin. Do’a tersebut diberikan oleh Nabi Khidhir As kepada Beliau. Karomah Beliau ini bukanlah untuk kondisi terdesak (tertentu saja), tapi memang sudah ditetapkan mustajab atas Beliau untuk memintanya kapanpun.

Satu hal lagi yang tak lupa, rupanya sahabat Beliau yang berjumpa terakhir di Mesir itu bisa dipertemukan kembali dengan Beliau di sana, hingga keduanya dimakamkan di pulau tersebut. Sungguh, merupakan bukti kebesaran Allah yang memperjalankan para Kekasih-Nya sehingga bisa disampaikan kepada yang dimaksud meski hamba-Nya tersebut tidak berdaya menjalankannya. Bisa dibayangkan, dari Mesir hingga ke wilayah Timur kepulauan Nusantara yang berjumlah ribuan pulau, dan sekian ribu kilometer jaraknya, serta keterbatasan transportasi waktu itu, bisa mentautkan kembali sepasang sahabat yang sudah lama terpisah sekian tahun lamanya. Mereka bersahabat karena Allah! Rela meninggalkan negeri beserta orang-orang yang mereka cintai karena Allah untuk menegakkan syi’ar Agama Allah.

Sebelum cerita ini ditulis, sempat terbaca oleh saya sebuah kitab klasik yang menarik karangan Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah, seorang Ulama asal Andalus, Mufti dan Qadhi bermadzhab Maliki. Beliau merupakan salah satu murid Ibnu Rusyd (Averous) yang masyhur namanya. Kitab tersebut adalah Asy-Syifa’ bi ta’rifi Huquqil Mushthafa. Menurut Al-‘Allamah Ahmad Syihabuddin al-Khafaji yang membuat syarah (ulasan) atas kitab tersebut (Nasim Riyadh fi Syarhi Qadhi ‘Iyadh) menuturkan bahwa jika kitab tersebut ditemukan di dalam rumah, maka rumah itu tidak ditemui bahaya, dan perahu yang membawanya tidak akan tenggelam, jika orang sakit membacanya atau mendengarnya dibaca, Allah akan menyembuhkannya!’

Maka Sayid Abdur Rahman (tanpa saya menanyakannya) berkata, ‘Kitab Syifa itu dicetak di Maroko. Dan saya punya kitab tersebut!’ Dengan ungkapan ini saya menguatkannya dengan data histori pengarangnya, yakni hidup menuntut ilmu di dua negeri, yakni Maroko (Fez & Qairawan) dan Spanyol (Andalusia).

Saya bersyukur mendapatkan kisah yang unik ini dan belum pernah saya dengar, dan tak terlacak di internet atau sumber tulisan lainnya. Sebagai bukti kebenaran tentang cerita keindahan tempat tersebut, silahkan pembaca mengunjungi tempat tersebut. Penulis hanya melukiskan dalam bentuk kata tapi belum pernah ke sana. Dan sebelumnya belum tahu cerita yang rinci mengenai sosok Shohibul Misool, seorang Wali Allah yang tersembunyi di gua di tengah gugusan pulau. Cerita ini merupakan pancaran karamah Syekh al-Akbar Muhyiddin Syekh Muhammad Daud Dahlan, Qaddasallaahu Sirrahu wa Ruuhahu, semoga Allah mensucikan Ruh dan Sir Beliau.

Jakarta, 26 Juli 2009 / 4 Sya’ban 1430 H.

Minggu, 26 Juli 2009

10 Foto Galaksi Yang Menakjubkan

1. THE SOMBRERO GALAXY

2. BLACK EYE GALAXY

3. OCCULTING PAIR

4. THE WHIRLPOOL GALAXY

5. GRAND SPIRAL GALAXY

6. SUPERNOVA 1987A

7. GALAXY NGC 1512

8. GALAXY NGC 3370


9. M81



10. HOAG’S OBJECT

Sumber : http://oddee.com/item_96598.aspx



Ikan Kookpit Pesawat

Pada 23 Februari 2009, National Geographic News merilis gambar seekor ikan yang tergolong aneh. Pada bagian kepala ikan tampak transparan sehingga terlihat bagian dalamnya. Sepintas kepala ikan mirip bagian kokpit pesawat tempur. (lihat pict. 1)

Sebagaimana diketahui, bagian atas kokpit pesawat tempur biasanya transparan sehingga sang pilot dapat terlihat dari sisi luar pesawat.

Ikan ini ditemukan peneliti Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI), di kedalaman laut Pantai California. Ikan ini hidup pada kedalaman 200 kaki (600 meter) di bawah permukaan laut.

Dapat dikatakan ini temuan pertama spesies ikan berbentuk kubah dan transparan. Peneliti mengamati ikan bermata bulat (barreleye) menggunakan peralatan canggih yang dioperasikan dari jarak jauh (a remotely operated vehicle/ ROV)

Pada foto 2 dan 3 terlihat keunikan yaitu bola mata ikan yang seolah dapat berputar ke atas. Pupil mata yang berada di bagian atas ini berfungsi untuk melihat mangsa yang berada di atas ikan tersebut. Sedangkan warna hijau yang terlihat dalam gambar adalah semacam lensa yang melindungi mata dari sinar matahari. Dengan begitu mata tetap fokus pada mangsanya.

“Bola mata itu tampak seperti melihat langsung ke atas,” ujar Kim Reisenbichler, peneliti MBARI.

Ikan barreleye (Macropinna microstoma) memiliki panjang 6 inchi (15 sentimeter). Sebenarnya ikan ini telah dikenal sejak tahun 1939 saat tersangkut jaring nelayan.

Foto ikan transparan pernah juga dirilis pada 2001. Ikan ini bentuknya memanjang mirip akar tumbuhan. Ikan ini ada yang memiliki panjang hingga 10 meter. Foto 4.

Pict. 1.

090223-01-fish-transparent-head-barreleye-pictures_big

Pict. 2.

090223-02-fish-transparent-head-barreleye-pictures_big

Pict. 3.

090223-04-fish-transparent-head-barreleye-pictures_big

Pict. 4.

090223-03-fish-transparent-head-barreleye-pictures_big

Photograph courtesy Monterey Bay Aquarium Research Institute


Blue Hole

Great Blue Hole menurut National Geographic, ditemukan di laut Belize–negara kecil di pesisir Timur Amerika Tengah,.Dahulu disebut Honduras Britania hingga 1973, Belize adalah bekas jajahan Britania Raya selama lebih dari satu abad. Nama “Belize” diambil dari Sungai Belize— memiliki kedalaman 480 feet atau 146 meter.

Blue Hole

Blue Hole

Blue Hole ini sangat terkenal di dunia, khususnya di kalangan penyelam dunia yg ingin tau ‘isi Blue Hole’ hingga ke dasarnya. Berbeda dengan Black Hole yg sangat ditakuti karena banyak yg ‘tak kembali’ bila sempat masuk ke medan gravitasi, Blue Hole justru sebaliknya, menjanjikan kesenangan dan pengalaman tak terlupakan. Karenanya para penyelam di seluruh dunia begitu antusias ingin ‘mengungkap misteri’ LUBANG BIRU ini.

Blue Hole sebenarnya adalah gua berbentuk vertikal. Pada zaman es dulu, permukaan laut lebih rendah daripada sekarang. Kemudian, ketika zaman es usai, es-es mencair, saat itulah permukaan laut naik dan gua tertutup oleh laut

Di dalam Blue Hole, warna air laut tidak segelap permukaannya. Di sana para penyelam bisa melihat stalaktit-stalaktit seperti di gua-gua di daratan. Ada juga berbagai macam terumbu karang dan spesies ikan, yang paling sering terlihat adalah hiu. Misalnya hiu kepala palu, pemandangan bawah lautnya indah. makanya, Blue Hole dijadikan tempat favorit para penyelam.

Antusias ini ditangkap sebagai peluang bisnis yg menjanjikan, maka dibuatlah paket ‘wisata menyelam’ di Blue Hole Belize.

Blue Hole Dive

Blue Hole Dive

Para penyelam ini akan dibawa ke lokasi menggunakan pesawat kecil dari lapangan udara San Pedro, 72 km dari lokasi. Dari ketinggian3.963 meter, para penyelam dapat langsung terjun ke dalam Blue Hole. Petulangan mendebarkan ini sangat disukai para penyelam yg biasanya datang secara rombongan.

Namun, jika menyelam lebih dalam lagi, pemandangan indah itu tidak ada lagi. Hewan-hewan laut dan terumbu karang tidak dapat hidup di tempat yang lebih dalam. karena kondisi anoksik. Artinya Kondisi airnya tanpa oksigan.

Selain Great Blue Hole, ada beberapa Blue Hole lainnya. Blue Hole yang terdalam disebut DEAN’S BLUE HOLE, letaknya di Long Island, Kepulauan Bahama. Dalamnya 202 meter. Diameter lingkaran guanya 25 meter sampai 35 meter.

Ada pula Blue Hole di tepi laut merah . Letaknya beberapa kilometer dari kota Dahab, Yunani. Dalamnya 130 meter . Gua ini mempunyai terowongan yang panjangnya 26 meter. Nama terowongannya THE ARCH. Banyak penyelam ingin sekali masuk ke terowongan itu. Tetapi, mereka sulit menemukannya. Para penyelam akhirnya malah mengalami kecelakaan.

Jumat, 10 Juli 2009

ANTARA KEPEMIMPINAN DEMOKRASI DAN ILAHIYYAH

Khutbah Jum'at, 10 Juli 2009
Baru saja kita melewati proses kepemimpinan demokrasi. Kepemimpinan yang akan membawa aspirasi kita dalam kehidupan duniawi ini. Kebutuhan manusia kepada kepemimpinan adalah fitrah dan mutlak diperlukan. Sebab apa jadinya jika negara berdiri tanpa seorang pemimpin.
Kepemimpinan terkecil dalam kehidupan kita adalah diri kita masing-masing. Hal ini disabdakan Nabi Saw: Kullukum Ro'in, wakullu ro'in mas-uulun 'an ro'iyyatihi كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّ رَاعٍ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ [Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin itu akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak]. Dan kepemimpinan tingkat selanjutnya adalah kepemimpinan dalam membina rumah tangga.
Tentu, (sebagaimana sistem yang ada di kehidupan ini) dalam menjalankan aturan agama mesti ada pemimpinnya. Bagaimana mungkin urusan duniawi ada pemimpinnya, sedangkan ukhrawi tidak ada. Pembelajaran kepemimpinan sebenarnya sudah ditanamkan pada diri kita sejak dahulu, seperti apa yang kita laksanakan saat ini (ibadah Sholat Jum'at). Ada unsur imam dan makmum, ada khotib yang memberikan nasehat dan ada yang mendengarkannya, yakni hadirin sekalian.
Allah mengaitkan unsur kepemimpinan lainnya dalam aturan kehidupan kita. Tidak semata-mata hanya Allah saja. Sebab telah disebutkan: 'Athii'ullaah wa Athii'ur rosuula waulil amri minkum. [Taatlah kepada Allah dan Rasul, dan Ulil Amri di antara kalian].Qul in kuntum tuhibbunallaah fattabi'uunii. [Katakanlah (wahai Muhammad) jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku!]
Tidak ada dualisme antara ketaatan Allah dan Rasul-Nya. Demikian pula tidak ada pertarungan konsep ketundukan antara Nabi Muhammad Saw dengan Al-Ulama sebagai pewaris para Nabi. Kesemuanya merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
Ketika kita mengimani atau mempercayai adanya penerus ajaran Nabi Muhammad Saw yang disebut sebagai Rasulu Rasulillah (Utusan dari Utusan Allah) atau Khalifatu Rasulillah (pengganti Utusan Allah), maka berarti ia beriman kepada Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya implikasi keimanan kepada Nabi Muhammad Saw menunjukkan keimanan kita kepada Allah SWT.
Allah mengajarkan kita tentang Rukun Iman yang berjumlah 6 point, bukan 1. Tidak mutlak hanya beriman kepada Allah saja, tapi juga kepada rangkaian keimanan yang lain. Dan analoginya, tidak hanya beriman kepada Nabi Muhammad Saw saja, tapi juga para penerusnya di setiap masa. Allah dalam beberapa firman-Nya menyatakan 'Kami', yang menunjukkan keberadaan unsur dan sistem kepemimpinan lain dalam kebijakan-Nya. Juga Nabi Saw tidak jarang mengungkapkan istilah Laysa minna (bukan golongan kami) atau istilah lainnya berkenaan dengan konteks ini.
Demikianlah yang ditetapkan Nabi Saw, Fa'alaykum bisunnatii wa sunnatil khulafaa-ir roosyidiina al-mahdiyyiina mim ba'dii. [Hendaklah kalian mengikuti kebiasaan-kebiasaanku dan para Khalifah yang memberi petunjuk vertikal dan horisontal setelahku]. Juga mengindikasikan adanya kebijakan yang mesti diikuti selain Nabi Saw.

Hadirin yang berbahagia,
Nilai ketaqwaan yang dianjurkan oleh setiap Khatib juga berkaitan dengan masalah kepemimpinan. Disebutkan dalam suatu hadits: Ittaqullaah 'Azza wa Jalla lis sam'i wath Tho'ati walaw amaro 'abdan habasyiyyan. [Taatlah kepada Allah 'Azza wa Jalla, agar mau mendengar dan taat, meski yang memerintah (kalian) adalah seorang budak hitam].
Jika kita mendefinisikan taqwa sebagai pelaksanaan amaliyyah yang diambil dari suatu konsep Islamiyyah, maka konsep itu sendiri mungkin terbangun dari budaya, tradisi yang selama ini kita ketahui. Bukan berdasarkan konsep yang dibawa oleh para pewaris di setiap zamannya. Allah menegaskan: Laysa bi-amaaniyyikum walaa amaaniyyi ahlil kitaab. [Bukanlah (kebenaran itu) menurut angan-angan kosong kalian, dan bukan pula menurut angan-angan (perkiraan) orang-orang Yahudi dan Nasrani].
Ahlul kitab di sini bukan saja kaum Pendeta Yahudi dan Nasrasi pada masa dahulu. Tetapi pada masa sekarang banyak Ahlul Kitab, yakni mereka yang mengerti betul makna kandungan Al-Quran dan Hadits, tapi pandangannya menyimpang atau memiliki garis yang berbeda dari tuntunan yang sebenarnya. Inilah sebab musabab yang menimbulkan firqah, sesuai yang diisyaratkan Nabi Saw.

Hadirin yang berbahagia,
Kriteria kepemimpinan selalu akan menimbulkan masalah karena memiliki perbedaan konsep, dan keberpihakan kepada kelompok yang mengusungnya. Jika mereka bukan berasal dari golongannya bisa dipastikan seseorang sulit menerima kepemimpinannya itu. Hal ini terjadi pada kaum Nasrani yang menanti-nanti Nabi terakhir dari golongan mereka, tapi harapan mereka tidak terwujud. Dan jika iming-iming konsepnya tidak membawa manfaat dan keberuntungan atas kepentingan duniawinya, maka ia pun juga akan menolaknya.
Namun kepemimpinan Ilahiyyah yang diangkat Allah itu tidak dibentuk berdasarkan kriteria dan keinginan manusia. Meskipun seluruh makhluk di langit dan di bumi menolak, Allah tetap tidak bergeming dengan putusan-Nya. Sosok kepemimpinan yang dibangun dalam Birokrasi Ilahiyyah tidak dipilih melalui Syuro (musyawarah atau suara terbanyak), seperti yang dipahami oleh tokoh faham Khilafah dewasa ini. Karena kriteria yang dituntut manusia memiliki banyak kelemahan, sedangkan pilihan Allah tidaklah keliru (meski kebanyakan orang melihatnya sebagai bentuk kekurangan).

Hadirin Rahimakumullah,
Perilaku umat dalam menyikapi kehadiran sosok Birokrasi Ilahiyyah di setiap masa, pada umumnya tidak menerima dan memberikan respon yang negatif, karena dianggap sebagai sesuatu 'hal' yang baru. Sikap mempertanyakan yang berakhir pada sikap penolakan adalah suatu hal biasa terjadi. Bahkan sikap anti kehadiran pemimpin Ilahiyyah itu mengalami puncaknya saat terjadi pembunuhan kepada beberapa Nabi dan Rasul, begitu juga terjadi pada Khalifah Rasul sesudah Nabi Muhammad Saw.
Padahal konsep Kenabian sejak dahulu adalah sekedar memberikan informasi [Wama 'alayna illal balaaghul mubiin, tiadalah atas Kami melainkan hanya sekedar menyampaikan informasi (kebenaran) yang nyata]. Dan siapapun yang mendengarnya, hanya dituntut meresponnya dengan iman, sami'na wa atho'na.
Sikap responsif ini pun yang diupayakan Nabi Sulaiman As kepada Ratu Balqis beserta kerajaannya, agar mereka mau tunduk. Bukanlah Nabi Sulaiman menginginkan kerajaan Saba, tapi Beliau hanya sekedar menyampaikan Risalah yang diamanatkan Allah padanya. Dan yang dituntut Allah adalah responnya yang positif berupa pengakuan (keimanan). Allah SWT juga mengajak Bumi dan Langit (setelah tercipta), agar merespon keberadaan Allah, Yang Menciptakan, ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ I'tiyaa thow'an aw karhaa qoolataa ataynaa thoo'i iin. [Datanglah kepadaKu dengan kerelaan atau terpaksa! Maka mereka berdua berkata, Kami berdua datang dengan sikap tunduk]. Q.S. Fushilat: 11.
Nabi Muhammad Saw pernah mengumpulkan penduduk Mekah di suatu tempat yang tinggi, kemudian mereka yang sebenarnya sedang sibuk dengan urusan dunianya disuruh mendengarkan maklumat Nabi Muhammad Saw berupa pengakuan diri Beliau sebagai Utusan Allah. Maka serta merta mereka yang mendengarnya ada yang diam (mengakui atau tidak bersikap), dan banyak yang mencibir apa yang dilakukan Nabi Muhammad Saw, karena mereka merelakan waktu mereka yang berharga untuk mendengar perkara yang mereka anggap sepele. Padahal Nabi Muhammad Saw dan para pewarisnya hanya membutuhkan pengakuan dan ketundukan dari umat, bukan butuh harta dan diri mereka.
Semoga kita tidak termasuk orang yang merugi, dan mengeluh di hadapan Allah karena salah memilih pemimpin,
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا*وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).[Q.S.Al-Ahzab: 66-67]
Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang lahir (nyata), yang sedang eksis, bukan yang telah wafat. Bukankah di dunia saat ini kita lebih membutuhkan SBY dibanding Soekarno? Karena SBY masih manggung, sedangkan masa Soekarno telah lewat. Maka demikian pula masa kenabian telah lewat, yang ada adalah masa Shiddiqin dan Awliya-Nya. Merekalah yang diberi nikmat yang sebenar-benar nikmat oleh Allah SWT, shirotholladziina alladziina an'amta 'alayhim ghoyril maghdhuubi 'alayhim waladh-dhoolliin..
Barokallaahu lii walakum fil Quranil 'Azhiim. Fastaghfiruuhu innahu huwal ghofuurur Rohiim.