Senin, 07 Juni 2010

Dibimbing Nabi Khidhir

Istri si murid pada cerita sebelumnya (Bisa Mimpi Kembali), ada kisah lain dan tak kalah unik. Sebelum ia menjadi murid, ia dipertemukan oleh sosok manusia yang aneh menurutnya. Semasa kecil ia pernah bertengkar dengan orang tuanya, kemudian ia kabur dari rumahnya. Ia diperingatkan oleh seorang kakek yang berjenggot agar ia mengalah demi orang tua yang telah membesarkan dirinya. Kejadian itu dialaminya di dalam angkot. Saat ia mendengar nasehat itu ia menengok ke samping, dan kemudian setelah ia menoleh si Kakek tadi sudah tidak ada di hadapannya. Ia menghilang dalam sekejap, entah lewat mana.

Sewaktu SMP, ia dipertemukan oleh sosok misterius itu untuk kedua kalinya. Orang tua asing berkata kepadanya, 'Kondisi keluarga kamu saat ini belum menguntungkan, nanti suatu saat keluargamu akan naik derajatnya setelah kamu menikah'. Orang tua ini pun menghilang dari pandangannya. Hanya saja ia sempat melihat orang tua ini lenyap lewat sebuah tembok tak berpintu. Ia menembus tembok. Kejadian ini membuatnya kembali heran.

Setelah ia tamat sekolah SLTA ia berkenalan dengan seorang murid Syekh al-Akbar. Si murid mengajukan syarat bahwa jika ia ingin menjadi istrinya mesti mengenakan cadar. Ia pun mengiyakan apa yang disyaratkan oleh calon suaminya itu. Pada saat berlangsung acara Malam Tauhid tanggal 25 Desember di Batu Karas, Pangandaran si murid mengajaknya ikut serta.

Pada saat itu si istri melihat kembali apa yang pernah ia saksikan sebelumnya. Di belakang Syekh al-Akbar saat berceramah ada seorang tua tinggi kurus melambai-lambaikan tangannya kepada dirinya. Orang tua ini mengajaknya, 'Ayo mari ke sini! Maju ke depan ditalqin!' Ia pun menjadi heran lagi. Maka saat itu ia mengajukan diri menjadi murid Syekh al-Akbar.

Setelah ia menjadi murid, ia merasa masih ada ganjalan dalam hatinya tentang siapakah sosok misterius yang ia jumpai tadi. Tidak ada tempat lain untuk mencari jawaban bagi seorang murid melainkan kepada Gurunya, maka ia memberanikan diri untuk menanyakannya kepada Syekh al-Akbar tentang siapakah orang tua itu. Maka Syekh al-Akbar menjawab, 'Dia adalah Al-Khidhir. Untung ada Nabi Khidhir yang menuntun kamu datang ke sini!'

Ahad, 6 Juni 2010


Bisa Mimpi Kembali

Siang tadi seorang murid membeli kitab Hadiqah Riyahin. Ia mengutarakan maksud membeli Hadiqah tersebut. Hadiqah itu bukan untuk dirinya tapi untuk seorang pamannya, yakni adik mertuanya. Adik mertuanya ini dahulu dikenal sebagai orang yang fasik, banyak melakukan dosa-dosa besar. Di antaranya mabuk-mabukkan, dan lainnya yang tidak enak untuk dirincikan. Suatu ketika ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan gangguan pada syaraf di otaknya. Menurut hasil penelitian dokter, ada syaraf yang putus di otaknya akibat benturan keras kecelakaan itu. Dampak akibat peristiwa itu, ia tidak pernah mengalami mimpi selama 3 tahun lamanya. Pamannya bangun secara tiba-tiba, pikirannya kosong tidak merasakan apapun ketika ia tidur.

Kemudian mertuanya menceritakan kepada adiknya tersebut tentang sekilas pengajian yang sering didatangi oleh anaknya, yakni pengajian di Batu Tulis. Di pengajian ini (Al-Idrisiyyah) konon ada bacaan wirid dan do'a yang boleh dikerjakan oleh siapapun. Sebelumnya, pamannya ini memiliki kegemaran mempelajari macam-macam ilmu hikmah dan kedigdayaan. Ilmu-ilmu tersebut banyak yang diwarnai dengan syarat-syarat bacaan-bacaan wirid tertentu. Ia pun tertarik ingin melihat wirid pengajian di Idrisiyyah.

Mertuanya mengatakan, 'Baca-baca saja dulu, anggap saja latihan. Kalau sudah mantap nanti baru datang ke sana (Batu Tulis). Meskipun belum jadi murid, niatkan saja membaca awrad ini untuk dipertemukan dengan Beliau ini (Syekh al-Akbar)'.

Baru tiga hari ia membaca awrad dalam Hadiqah Riyahin, sudah terdapat perubahan besar pada diri pamannya. Pada hari ketiga ia mengamalkan kitab Hadiqah itu, ia mengalami mimpi yang sudah lama tidak ia rasakan. Dalam mimpinya itu ia dipertemukan dengan saudara-saudara dan leluhurnya yang telah wafat, kemudian ia disalaminya satu persatu. Di antara yang ia salami, ada seorang yang agak muda berpakaian putih-putih. Ia tidak tahu siapakah dia karena wajahnya tidak terlihat jelas. Hanya saja ia sempat mencium tangannya. Begitu ia mencium tangannya, wajahnya menoleh ke samping seolah tidak mau memandang kepadanya.

Kejadian mimpi itu diceritakan kepada sanak familinya. Apa maksud dari mimpi tersebut dan mengapa wajah orang misterius itu menoleh ke samping (tidak menghadap kepadanya).

Menurut penuturan murid yang menceritakan ini, setiap ia datang berkunjung pamannya ia selalu menceritakan mimpi-mimpi yang dialaminya hari demi hari. Pamannya bisa menikmati kembali 'mimpi-mimpi yang dahulu hilang entah ke mana'. Proses hidayah pamannya ini sedang berproses. Si murid berharap pamannya mengikuti jejak kakaknya (sang mertua) berbai'at kepada Syekh al-Akbar.

Ahad, 6 Juni 2010