Rabu, 15 Agustus 2007

WAKTU-1

Rasulullah Saw bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Dua kenikmatan yang banyak dilalaikan orang adalah kesehatan dan keempatan”. (Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Ibnu Mas’ud Ra. berkata:
مَا نَدَمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمْتُ عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ نَقَصَ فِيْهِ أَجَلِيْ, وَلَمْ يَزِدْ فِيْهِ عَمَلِيْ
”Saya tidak pernah menyesali suatu hal, seperti penyesalan saya atas hari yang telah berlalu, di mana umurku telah berkurang dan aku tidak sempat menambah amal baikku”.
Imam al-Muzanni rhm berkata, Imam Syafi’i Rhm.ditanya tentang bagaimana hasratnya mencari ilmu,
Apabila saya mendengar satu kalimat yang belum pernah saya dengar sebelumnya, maka seluruh anggota tubuh saya seakan-akan ingin memiliki telinga agar bisa menikmati dan mendengarkan kalimat itu, sebagaimana telinga saya mendengarnya.
Semangatnya mencari ilmu seperti orang yang giat mengumpulkan harta untuk mencapai suatu kejutan dan dia belum pernah mencapainya.
Ia mencari ilmu seperti seorang wanita yang mencari anak satu-satunya yang hilang.
Al-Qadhi Abu Yusuf (113 – 182 H.) sebagaimana diceritakan muridnya Qadhi Ibrahim al-Jarrah berkata, Ketika beliau sakit yang menyebabkan kematiannya beliau masih sempat-sempatnya membahas masalah melontar jumrah. Ia menanyakan kepada muridnya itu bagaimana yang utama melontar jumrah di atas kendaraan atau sambil berjalan. Terjadilah diskusi. Dan sesaat setelah muridnya keluar kamar, terdengarlah suara tangisan keluarganya pertanda Al-Qadhi telah wafat.
Imam Abu Yusuf bercerita: ’Tatkala anak saya meninggal, saya tidak sempat menghadiri jenazahnya dan tidak ikut menguburkannya, saya menyerahkan itu seua pada tetangga dan kerabat dekat, karena saya tidak ingin mengalami penyesalan selama-lamanya karena meninggalkan pelajaran Abu Hanifah meskipun sekali”.
Imam Syafi’i berkata, Saya banyak bergaul dengan para Sufi dan saya tidak mendapatkan manfaat kecuali dalam dua hal:
1. Pertama, motto mereka yang berbunyi: ”Waktu laksana pedang, apabila anda tidak menggunakannya dengan aik, maka ia akan memotongmu”.
2. Kedua, nafsumu akan tunduk kepadamu apabila kamu dapat menggunakannya dengan baik. Apabila tidak, maka ia akan menyibukkanmu dan menuntutnmu ke dalam kebatilan.
Hasan al-Bashri Ra. berkata:
”Wahai anak Adam, sesungguhnya anda bagian dari hari, apabila hari telah berlalu, maka berlalu pulalah sebagian hidupmu”.
”Saya pernah menjumpai beberapa kaum dan perhatian mereka terhadap waktu melebihi perhatian kalian menjaga harta-harta kalian”.
Ammar bin Yasir mengatakan bahwa dia pernah mendengar Ubaid bin Ya’isy berkata, ’Sekitar 30 tahun saya tidak pernah makan malam dengan tangan saya sendiri, melainkan saudara perempuan saya selalu menyuapi sementara saya menulis hadits”.
Imam Ahmad bin Hanbal Ra. berkata bahwa semua hadits yang tidak diketahui oleh Yahya bin Mu’in bukanlah hadits. Yahya bin Mu’in pernah berkata, ’Saya telah menulis sebanyak satu juta hadits”, ”Kalau saya belum menulis sebanyak 50 kali berarti saya belum mengetahuinya”.
Yahya bin Mu’in tatkala wafat meninggalkan buku sebanyak 114 rak dan 4 peti.
Imam Muhammad bin Sahnun al-Qaurawani (202 – 256 H) memiliki seorang budak wanita yang bernama Umu Mudam. Suatu hari budak itu memperhatikan tuannya yang sedang sibuk mengarang di rumahnya hingga larut malam, lalu budaknya itu masuk dan menyiapkan makan malam. Tapi tuannya tak henti-hentinya menulis. Karena lama menunggu tuannya tak makan, Ummu Mudam pun menyuapkan nasi ke mulut tuannya, hingga selesai, sementara Muhammad bin Sahnun tetap asyik menulis hingga azan Shubuh.
Tatkala hendak berdiri, beliau bertanya kepada budaknya, ’Wahai Ummu Mudam, mana makan malamku?’ Dengan penuh keheranan budaknya pun menjawab, Demi Tuhan, aku telah menyuapkannya kepadamu tadi malam’. Beliau berkata, ’Sungguh, aku tak merasa telah disuapi tadi malam’.