Jumat, 14 Desember 2007

UNTUNG TIDAK KETEMU NABI!

Ketika saya mendengar orang bermadah yang isinya ingin dipersembahkan kepada Nabi Muhammad Saw, saya semula bertanya ‘mengapa hanya sebuah madah?’ Karena apakah sepadan pengakuan cinta hanya dibuktikan dengan seuntai kata-kata? Akhirnya saya berfikir luwes ‘lebih baik hanya madah (syair) yang berisi dengan kata-kata daripada ungkapan kata-kata yang hanya mengaku cinta tapi tak ada realisasi (bukti)’.
Sesungguhnya kita beruntung tidak dipertemukan dengan sosok Nabi Muhammad Saw. Sekali Lagi saya katakan: ‘UNTUNG KITA TIDAK KETEMU DENGAN NABI MUHAMMAD!’
Kagetkah kita mendengar pernyataan tersebut? Mungkin saja. Karena umat Islam sekarang ini sedang dilanda kerinduan berat kepada Nabi. Banyak penyanyi atau grup Band di ‘musim Ramadhan’ latah menjadi santri mendendangkan lagu-lagu cinta kepada Rasul. Masayarakat dihanyutkan kepada muara Cinta kepada Rasul. Ada sebuah lagu yang sering didendangkan anak-anak kita:
Alangkah indahnya hidup ini jika kutatap wajahmu!
Yaa Rasulullah Yaa Habiballah, tak pernah kutatap wajahmu!
Yaa Rasulullah Yaa Habiballah, kami rindu padamu! (Jeffry al-Bukhary)
Kalau kita berada satu masa dengan Nabi Muhammad saya khawatir kita tidak mampu menjaga sikap kita kepada Beliau Saw. Orang yang berpenampilan ‘mirip’ Nabi Muhammad saja diperolok. Kita merasa risih atau alergi dengan penampilan Nabi Muhammad, bagaimana mungkin kita bisa mengungkapkan keinginan bertemu dengan Beliau?
Kamu berpakaian Arab begini!? Nggak zaman!! Jangan telalu berlebihan! Olokan yang mirip seperti orang Quraisy dahulu: Kok Nabi gak bisa baca tulis sih?! Jangan banyak cerita dongeng atau omong kosong deh!
Dahulu, perkataan Sang Rasul dianggap remeh umatnya, apakah kita bisa menjamin tidak bersikap demikian apabila hidup semasa dengan Beliau? Pernah kaum Quraisy mencemooh undangan Beliau, ‘wahai Muhammad, apakah cuma karena hal ini aja (mendengarkan ceramah) kami dikumpulkan?’
Kelakuan yang telah dilakukan orang-orang Jahiliyyah Quraisy jangan-jangan juga kita lakukan terhadap Nabi Muhammad Saw. Jangankan kita mau mendengar, melihat penampilan ‘mirip’ Nabi Muhammad saja kita risih.
Pantas saja umat ini tidak mengenal Pewaris Nabi yang dimandatkan Rasulullah Saw pada masa ini, karena mereka ‘buta’ karena seleranya sendiri. Ingin mewujudkan negeri yang berkhilafah saja mesti dengan kriteria yang mereka buat sendiri, bukan menurut pilihan Allah. Mereka berani mati untuk membela pelecehan kartun Nabi, tapi mereka tidak berani mati untuk seseorang yang telah dimandatkan Nabinya.
اللهم اغفر أمة سيدنا محمد اللهم ارحم أمة سيدنا محمد
UNTUNG KITA TIDAK MELIHAT NABI MUHAMMAD!!