Dari Ibnu Umar Ra., ia berkata: (Suatu ketika) Umar Ra. menulis surat kepada Sa’ad bin Abu Waqash yang berada di Qadisiyyah (Baitul Maqdis): Perintahkan kepada Nadhlah bin Mu’awiyah supaya membawa pasukannya ke Hulwan. Maka langsung Sa’ad menyuruh Nadhlah membawa 300 ratus tentara pergi ke Hulwan. Maka sesampainya di sana ia dapat merebut satu kota itu sehingga mendapat banyak ghanimah dan tawanan, sehingga sesampainya di daratan di tepi bukit, maka Nadhlah mengumandangkan azan untuk shalat. Tiba-tiba ada suara di balik bukit itu yang menjawab setiap bacaan azannya. Saat ia mengucapkan: Allaahu Akbar - Allaahu Akbar, tiba-tiba ada suara jawaban: ’Engkau telah mengagungkan Zat Yang Besar, wahai Nadhlah!’ Dan ketika ia berucap: ”Asyhadu allaa ilaaha illallaah!” Dijawab: ’Itu adalah kalimat Ikhlash wahai Nadhlah!’ ”Asyhadu anna Muhammadar Rosuulullaah”, dijawab, ’Dialah yang teah diberitahu kepada kami oleh Isa As’. ”Hayya ’alash-Sholaaah”, dijawab, ’Beruntung bagi siapa yang menunaikannya!’ Kemudian, ”Hayya ’alal falaah”, dijawab, ’Sungguh beruntung orang yang menyambut Nabi Muhammad Saw!’ Kemudian, Allaahu Akbar - Allaahu Akbar laa ilaaha illallaah”, dijawab, ’Ikhlas benar engkau wahai Nadhlah, maka Allah mengharamkan jasadmu dari api neraka!’
Dan selesai azan Nadhlah berkata: ”Siapakah kamu Yarhamukallah? Seorang malaikat, jin atau seorang hamba Allah? Kamu telah mendengar suaramu, maka tunjukkanlah rupamu, maka kami ini adalah Utusan Allah, Rasulullah Saw dan Umar bin Khathab Ra. Maka tiba-tiba muncul orang tua berambut dan berjenggot putih berpakaian shuf. Lalu ia berkata: ’Assalaamu’alaikum Warohmatullaah wabarokaatuh”. Dijawab: Wa’alaikas salaam warohmah, siapakah kamu semoga Allah memberi rahmat kepadamu?”. Jawab orang itu: ”Saya adalah Dzurnub bin Yar’ula, pesuruh Nabi Isa As. Beliau telah mewasiatkan kepadaku untuk menunggu gunung ini, dan mendo’akan kepadaku umur panjang hingga beliau diturunkan dari langit. Adapun saya, karena tidak dapat bertemu dengan Nabi Muhammad Saw maka kirimkan salamku kepada Umar, dan katakan kepadanya: ’Hai, Umar, sedang-sedanglah kamu, dan mudahkanlah segala sesuatu, sebab hari kiamat telah dekat, dan beritahukan padanya beberapa hal jika terjadi pada umat Nabi Muhammad Saw maka segeralah lari, segeralah lari. Jika lelaki cukup sesama lelaki, jika wanita cukup sesama wanita (homo), dan mereka bernasab kepada yang bukan turunan mereka, dan yang tua tidak sayang kepada yang muda, sedangkan yang muda tidak hormat kepada yang tua, dan meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, dan orang belajar ilmu semata-mata untuk mendapatkan uang, dan turun hujan di musim kemarau, dan anak hanya menyebabkan jengkel kepada orang tua dan bertambah banyak orang yang tidak berbudi, dan berkurang orang yang mengenal budi, dan orang-orang berlomba-lomba membangun rumah, dan hanya menurutkan hawa nafsunya, dan menukarkan agama dengan dunia, dan meremehkan urusan pertumpahan darah, dan memutus hubungan famili, dan menjual hukum, dan mempertinggi bangunan menara (mercu suar) dan memperhias bentuk mushaf, dan menghiasi masjid, dan tersebar suap menyuap, dan merata makan riba, dan memuliakan orang yang kaya, dan wanita dapat berkendaraan sendiri. Kemudian ia pergi dari kami. Seteah itu Sa’ad bin Waqash pergi ke tempat itu membawa 4.000 tentaranya dan tinggal di sana selama 40 hari berazan untuk tiap shalat, tetapi tidak mendengar apa-apa.
[Lihat Kitab Tanbihul Ghofilin dalam Bab Alamat (tanda) kiamat].
Cerita ini diawali ketika seorang murid Al-Idrisiyyah didatangi oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah Ra. yang memberikan resep dipanjangkan dan diberkahi umur. Selanjutnya mengungkap seseorang yang dipanjangkan umur yang bernama Zurnub bin Yar'ula bin Makhnukh. (Konon rata-rata keturunan Nabi Nuh itu usianya panjang-panjang). Hanya demikian saja ceritanya. Kemudian, muncul lagi keterangan bahwa Zurnub bin Yar'ula disebut dalam sebuah kitab. Dan kitab itu pun tidak langsung diberitahu. Selang beberapa waktu diberitahukanlah bahwa nama kitabnya adalah Tanbihul Ghafilin (karya Abu Laits Samarqandi, bukan lainnya [sebab ada kitab yang namanya serupa]). Informasinya datang berangsur-angsur.
Setelah mendapatkan keterangan inipun betapa sulitnya melacak nama Zurnub bin Yar'ula dalam kitab setebal ratusan halaman. Namun, akhirnya Allah pertemukan lembaran halaman yang dimaksud tersebut, yang saat ini telah dapat kita simak ceritanya.
As-Syekh al-Akbar mengatakan Zurnub bin Yar’ula itu berdiam di sebuah pegunungan Cina. Perawakannya tidak seperti perawakan umumnya orang Cina (ia tidak sipit matanya). Wajahnya berkulit kemerah-merahan. Di saat salju menutupi wilayah pegunungan, ia tidak merasakan hawa dingin yang menyengat kulitnya. Hingga kini negara Cina yang begitu padat belum menemukan sosok manusia yang panjang umur ini dengan penampilan yang berbeda dengan orang-orang Cina saat ini.
Pernyataan As-Syekh al-Akbar ini menguatkan fakta sejarah penyebaran Islam ke negeri Cina yang dipelopori oleh sahabat Nabi yang bernama Sa’ad bin Waqqash, dan beliau merupakan sahabat Nabi Saw yang wafat dan dimakamkan di sana.
Wallaahu A'lam bish Showab.
Jakarta, 22 Juli 2007.