Senin, 09 Juni 2008

Ceramah Ahad, 25 Mei 2008

Oleh:
SYEKH AL-AKBAR MUHYIDDIN SYEKH AL-AKBAR MUHAMMAD DAUD DAHLAN RA.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ للهِ وَحْدَه, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىٰ مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَه, وَعَلىٰ ألِهِ وَصَحْبِه وَمَنْ وَالَاهُ, أَمَّا بَعْدُ: رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَّصِيْرًا. وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hadirin Hadirat yang berbahagia,

Kehidupan Dunia Yang Fana
Kehidupan dunia yang dibandingkan dengan kehidupan yang dijanjikan oleh Allah (akhirat) diisyaratkan sebagai kebijakan Rahman dan Rahim-Nya. Ar-Rahman itu adalah suatu karunia atau nikmat yang dilimpahkan oleh Allah, diminta atau tidak diberikan kepada seluruh makhluk-Nya, terutama manusia. Apakah ia iman atau tidak, taat atau tidak. Siapa saja yang telah dilimpahkan kehidupan, Allah akan memberikan rizki atasnya. Allah juga memberikan petunjuk. Petunjuk-Nya bukan hanya sebatas petunjuk tentang kehidupan dunia semata, tapi juga akhirat.
Kehidupan dunia garis besar kebijakannya dilambangkan sebagai kebijakan Ar-Rahman. Adapun kebijakan kehidupan yang abadi merupakan kebijakan Ar-Rahim. Ar-Rahman merupakan suatu nikmat atau karunia yang nilainya sedikit. Yang sedikit ini dibagi-bagikan dan sekaligus diperebutkan oleh makhluk-Nya, khususnya umat manusia. Masing-masing golongan (kelompok) baik yang iman maupun kafir berlomba-lomba ingin memonopolinya, ingin menjadi penguasa dan berjaya. Padahal nikmat dunia (sebagai kebijakan Ar-Rahman) itu akan fana.
Arti fana adalah punah, hancur atau binasa. Baik sempat kita nikmati atau tidak semuanya akan berubah menjadi sesuatu yang tidak berguna. Wujudnya berubah dari bermanfaat menjadi tidak bermanfaat. Misalnya kita mempunyai beras, lauk pauk, minyak goreng, dsb. Setelah kita nikmati, setelah berproses berubah menjadi kotoran. Kalau tidak kita gunakan akan berkurang nilainya, beras menjadi tengik dan berkutu, minyak goreng menjadi anyir, lauk pauk menjadi basi, dst.
Benda mati pun demikian. Dipakai atau tidak akan menjadi rusak (fana). Kalau kita mempunyai mobil atau motor tapi tidak digunakan, kita simpan di gudang. Akhirnya menjadi karat (rusak). Dan bila digunakan terus menerus mesinnya menjadi aus.
Kalau kita percaya dunia ini akan fana, mengapa kita betah hidup di dunia? Mengapa sih berebut terus urusan dunia? Ditawari oleh Allah nikmat yang lebih agung kok susah amat? Ditunggu-tunggu masjid penuh, nggak penuh-penuh juga nih masjid! Kira-kira, kalau langsung dibayar kontan, apakah lebih memilih datang duluan atau belakangan? Kalau tahu rahasia yang akan Allah berikan dalam majelis ini, mau datang duluan atau belakangan?
Keluasan anugerah Ar-Rahman itu tidak akan mampu kita menikmatinya. Klimaks dari anugerah Ar-Rahman itu menyebabkan kita tidak berdaya menerimanya. Ibaratnya seperti makan kekenyangan. Ar-Rahim merupakan kumpulan dari gugusan anugerah Ar-Rahman yang tak terhingga. Nilai Ar-Rahim yang dijanjikan Allah inilah yang mesti kita perjuangkan.
Seseorang yang tergiur dan terobsesi dengan nilai yang dijanjikan Allah itu akan termotivasi bermujahadah (bersungguh-sungguh) untuk meraihnya. Tentu ia akan datang di awal waktu, tidak di akhir waktu. Jika keinginannya ingin yang mudah terus, bukan ibadah namanya!
************
Kehidupan akhirat merupakan suatu nilai kebijakan yang berada dalam genggaman Kekuasaan Allah, Al-Khaliq, yang menciptakan segala makhluk-Nya termasuk manusia. Apakah makhluk mampu menilai Keagungan dan Perbuatan Khaliqnya? Jika boleh mengambil sample (ibarat), sebuah cangkir adalah ciptaan dan manusia adalah penciptanya [Menurut ketentuan Aqidah kita tidak boleh membandingkan Al-Khaliq dengan benda apapun di dunia ini. Namun sebagai ibarat boleh-boleh saja untuk memudahkan qiyas (logika) pemahaman].
Menciptakan dan mengolah itu berbeda. Menciptakan adalah mewujudkan sesuatu dari ketiadaan. Sedangkan mengolah adalah mewujudkan sesuatu dari sesuatu yang telah ada materinya. Misalnya membuat sambal bukan dikatakan menciptakan sambal, tapi mengolah sambal. Usaha meracik bukan menciptakan.
Allah SWT sendiri mengungkapkan perbuatan dalam mewujudkan sesuatu dari sesuatu yang belum ada menggunakan kata ‘menciptakan’ (خلق). Sedangkan untuk sesuatu yang telah ada dengan menggunakan ‘menjadikan’ (جعل). Firman Allah:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang lebih mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Mengetahui lagi Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Setelah Allah menggunakan kata ‘menciptakan’ (خلق) pada ayat itu, kemudian Allah menggunakan kata ‘menjadikan’ (جعل). Artinya: memproses, meracik, membentuk. Berbeda dengan arti ‘menciptakan’ yang berarti mewujudkan sesuatu dari ketiadaan sebelumnya. Itulah tata tertib bahasa yang dibangun dalam Al-Quran al-Karim.
************
Masalah Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak)
Sekarang ini kita saksikan banyak aksi demonstrasi meminta untuk menurunkan harga BBM. Sampai-sampai mereka menginap berhari-hari, merusak fasilitas kehidupan. Mereka mengatasnamakan rakyat dengan slogan-slogan ‘Mahasiswa adalah suara spiritual rakyat’. Kapan mahasiswa menandakan kesepakatan untuk mewakili rakyat Indonesia? Seenaknya mereka menyatakan bahwa mereka mewakili Rakyat tanpa melalui kesepakatan dengan Rakyat!! Segala sesuatu itu mesti melalui perjanjian mufakat di atas kertas. Apakah perbuatan merusak fasilitas negara dan rakyat itu dikatakan sebagai ‘mewakili rakyat?!’
Kalau Anggota DPR dan Presiden, apakah kita sebagai rakyat sudah ada kesepakatan dengan mereka? Tentu sudah, dengan melakukan proses demokrasi melalui Pemilihan Umum. Tapi kalau mahasiswa, kapan mereka mengadakan kesepakatan kerja yang menghasilkan komitmen bahwa mereka adalah mewakili suara rakyat? Bagaimana kita memilihnya, pemikirannya saja kurang cermat.
Kenaikan suatu komoditas, adalah merupakan suatu proses alamiah. Apalagi komoditas kebutuhan manusia itu terbagi 3 (tiga). Pertama, ada yang bisa diproduksi ulang dan ditingkatkan jumlah dan kapasitasnya. Kedua, ia tidak berkurang dan bertambah. Ketiga, komoditas yang selalu berkurang dan tidak bisa bertambah lagi. Ketiga-tiganya sepanjang kepemimpinan siapapun akan naik, walaupun SBY yang pimpin negara ini, walaupun Wiranto, walaupun Megawati, bahkan Gus Dur naik lagi! BBM dan sembako akan selalu naik!
Dari dulu demo ‘turunkan harga’, ‘turunkan harga’, tapi tidak pernah terpenuhi. Harga-harga tetap naik. Kenaikan itu adalah proses alamiah bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhannya. Bagi yang percaya, itu adalah proses sunnatullah, yakni sudah menjadi Qudrat dan Iradat Allah. Apakah kita hidup di satu tempat terus? Apakah kita bergantung kepada orang tua terus?
Pertumbuhan penduduk apakah tidak semakin bertambah? Jika bertambah pertumbuhan penduduk, berarti bertambah kebutuhan komoditas. Bertambahnya pertumbuhan membutuhkan pertambahan produksi. Tidak ditingkatkan saja harga tetap naik, apalagi ditingkatkan. Jika ditingkatkan produksi, berarti bertambah pula biaya produksinya. Itu komoditas yang bisa diproduksi ulang.
Ada komoditas yang tidak bisa ditambah dan dikurang. Seperti tanah, tidak berkurang atau bertambah. Nilai jualnya terus menerus naik. Yang tadinya murah kemudian menjadi mahal.
Kalau BBM (Bahan Bakar Minyak), yang diambil dari perut bumi. Karakteristiknya sebagai energi fosil. Kalau digunakan apakah semakin berkurang atau bertambah? Bisakah ditingkatkan? Bisakah diproduksi ulang?!
Komoditi yang bisa diproduksi ulang saja memiliki kecenderungan naik harganya apalagi yang selalu berkurang (tidak bisa diproduksi ulang)!! Kenaikannya adalah pasti dan mutlak!!
Apakah ketentuan kenaikan harga BBM itu merupakan kebijakan SBY? Atau pengaruh globalisasi dunia (kehidupan)? Karena Pejabat Pemerintah tidak mampu memberikan penjelasan yang fokus dan tidak menimbulkan ketegasan kepada rakyatnya, akhirnya penjelasannya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Penyelenggaraan pemerintahan sekarang ini dengan adanya kebijakan memperbolehkan setiap warga negara menyampaikan pendapatnya di tempat umum adalah suatu kebijakan yang keliru. Hal itu membuktikan bahwa yang menjadi pemimpin di negara ini dan yang dipimpin sama-sama tidak PeDe. Yaitu sama-sama tidak yakin sebagai pemimpin dan tidak merasa sreg untuk dipimpin sebagai rakyat. Sehingga siap dikoreksi, dikritik dan didemo. Sedangkan tuntutan dalam kehidupan bernegara ingin menjadi bangsa yang maju, makmur sejahtera yang diakui dan dihormati masyarakat dunia. Eh, stabilitas nasional-nya acak-acakan. Di sana-sini demo, perusakan (anarkis), perkelahian antar warga, dsb. Kira-kira, apakah investor mau menanamkan investasi (modal)nya di negara kita dengan keadaan seperti itu?! Maka keinginan untuk menjadi negara yang makmur sejahtera adalah hanyalah mimpi di siang bolong!
Jika mereka mau mendengar dan bersandar pada aspirasi Idrisiyyah ini, Insya Allah negara ini akan dibangkitkan. Karena apa yang diajarkan di pengajian merupakan suatu kebijakan yang fitrah. Makhluk yang lahir dengan makhluk yang mati jumlahnya banyak yang mana? Banyak yang makan atau berkurang yang makan? Sementara komoditas berkurang.
Kita tidak memihak (dalam perkara BBM) kepada salah satu golongan, apakah pemerintah atau yang berdemo. Tapi kita berpihak kepada Allah SWT. Yang punya neraka dan syurga siapa? Jika kita tidak taat kepada Allah dikemanakan kita? Jika kita taat kepada Allah dikemanakan kita? Jika kita tidak taat kepada negara dikemanakan kita?
Kita tidak perlu goncang. Karena semuanya akan naik, BBM naik, sembako naik, bea jasa naik, termasuk gaji jua naik. Dan kembali seperti semula. Bahkan pengemis pun naik penghasilannya. Tukang minta-minta aja sudah tidak mau dikasih uang seratus, mereka menggerutu. Kalau naik semua tidak masalah. Yang menjadi masalah sebenarnya jika BBM naik, yang lain tidak naik! Mengapa pada ribut?!
Mengapa kita bodoh sekali. Pantas bangsa ini dari dulu memang maunya dijajah melulu. Pertama dijajah oleh kondisi alam yang memanjakannya. Ditanam saja sebatang kayu, eh tumbuh dan berbuah. Kemudian datang para penjajah. Kita diperbodoh, dimanjakan. Fasilitas umum dibangun di mana-mana. Jalan raya dibangun, Rel kereta api dibangun, dsb. Pendek kata, masyarakat Indonesia tidak usah capek-capek kerja, biarlah mereka yang bekerja! Di satu sisi para penjajah mengambil keuntungan, dan di lain sisi kita dimanja oleh mereka.
Akhirnya timbullah iri hati. Berontak ingin merdeka. Diupayakanlah pemberontakan untuk melawan mereka (para penjajah). Alasannya adalah revolusi perjuangan kemerdekaan, padahal sebabnya adalah kecemburuan sosial karena hidupnya sial melulu. Kemudian setelah merdeka masing-masing berebut (posisi).
Pada awalnya mereka berjibaku saling berjuang sendiri-sendiri. Teuku Umar berjuang sendiri, Pangeran Diponegoro berjuang sendiri, Patimura berjuang sendiri, Imam Bonjol berjuang sendiri, Sultan Hasanudin juga berjuang sendiri. Apakah berhasil?! …. Padahal mereka semua Islam lho?!.
Dalam perjalanan sejarah ketika seluruh bangsa bersatu padu, memilih satu figur yang dipercaya. Senjata pejuang kala itu adalah bambu runcing. Apakah mereka menang melawan penjajah? Menangnya bangsa ini sebab dibomnya Hiroshima dan Nagasaki. Apakah yang mengebom adalah bambu runcing? Yang mengebom adalah takdir Allah!
Dengan dibomnya kota tersebut, pemimpin kita kala itu ada peluang untuk menyatakan kemerdekaan. Jadi, merdekanya negara Republik ini disebabkan perjuangan bangsa Indonesia atau Rahmat Allah? Syari’atnya adalah Rahmat Allah.
Itulah Rahman dan Rahim-Nya Allah! Apakah mereka semua sudah kembali kepada Allah? Perubahan iklim dan bencana terjadi di mana-mana. Apakah gempa berhenti?
Firman Allah SWT:
Zhoharol fasaadu fil barri walbahri bimaa kasabat aydinnaas, liyudziiqohum ba’dhol ladzii ’amiluu la’allahum yarji’uun
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang lurus)”. (Q.S Ar-Rum: 41)
Yang ada sekarang bukan sadar kembali kepada Allah, tapi yang ada ribut melulu! Eh, memaksakan kontribusi untuk memberikan solusi terhadap perubahan iklim.
Yang mengetahui perubahan iklim dengan yang tidak banyakan yang mana? Yang mempunyai modal dengan yang tidak banyak yang mana? Yang peduli terhadap perubahan iklim dengan yang tidak banyak yang mana?
Ketika Bapak mancing di laut, begitu ditarik pancingnya ternyata berat sekali. (Dikira ada ikan besar yang ketarik), eh.. gak tahunya hanya sampah. Padahal siapa yang betah tinggal di laut? Manusia jarang ada yang betah di laut. Digoyang sedikit saja perahunya saja sudah mabok!
Selain itu saat berangkat ke laut membawa bekal, di antaranya air dalam kemasan botol aqua. Setelah di tengah laut sehabis minum, enak saja membuang botol minuman ke tengah laut. Pantas, banyak sampah di bawah dasar laut. Begitu teringat himbauan Presiden negara Republik Indonesia, ‘Jagalah kesehatan lingkungan. Janganlah membuang sampah sembarangan!’ Akhirnya Bapak membawa bekas kemasan minuman itu ke darat, lalu dibuang ke tempat sampah. Eh, ketika beberapa menit kemudian Bapak melihat tukang sampah membuangnya ke laut lagi! Laa Ilaaha Illallaah! Mau dibilang apa hadirin?! Kira-kira kita mampu memberikan solusi kepada kehidupan ini?
Kalau kita percaya kepada Rukun Iman, kehidupan ini bakal kiamat. Itulah gambaran cerita tadi, sampah dari laut dibawa ke darat kemudian dibuang ke laut lagi! Itulah gambaran bahwa kerusakan itu akan terus berlangsung.
Sudahlah, kita hidup di dunia ini jangan memasang target, capek! Lebih baik dan utama kita memposisikan diri sebagai Hamba Allah saja. Aman!! Mau jaya atau tidak, mau berubah iklim atau tidak, mau jadi bangsa yang disegani atau tidak, kita berposisi sebagai hamba Allah saja. Selama ini kita maunya menjadi hamba manusia, padahal yang memiliki surga itu Allah!! Jika kita duduk sebagai hamba Allah, duduk di mana saja Insya Allah akan mendapat jaminan dan diselamatkan oleh Allah. Tidak ada pilihan!
Jika bangsa ini tidak bersandar pada kebijakan Tarekat Idrisiyyah yang membawa misi Ilahiyyah, niscaya tidak akan mendapatkan solusi.
Bagi Allah mudah. Syari’atnya sebuah tongkat, eh begitu dipukul di tengah laut berubah menjadi jalan raya! Jika seseorang sudah menjadi Abid (hamba) Allah, tentu mudah bagi Allah merubah dan memberikan solusi baginya. Sebab kehidupan ini yang membangun adalah Allah SWT! Apakah Ibu Pertiwi? Kapan Ibu Pertiwi membeli tanah air ini dari Allah?! Pantas negara ini tidak akan menjadi bangsa yang dibangkitkan oleh Allah, walau diperingati seabad kebangkitannya.
Apakah acara Karnaval kemarin kita memperingati seabad kebangitan nasional secara khusus atau kebangkitan Rahmatan lil ‘Alamin? Benderanya Ilahiyyah, bukan Insaniyyah.
************
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.