Uraian dari Warta Ruhani seorang Murid
Setelah menjalani agenda dakwah yang begitu padat dan panjang rute perjalanannya, akhirnya kondisi manusiawi Beliau sebagai Mandataris Ilahiyyah memaksa Beliau untuk mengistirahatkan fisiknya. Cheking medis menunjukkan ada serabut syaraf di bagian tulang ekor yang mesti dikeluarkan lewat operasi. Karena jika tidak, maka rasa sakit yang luar biasa (yang dikenal sebagai urat kejepit) itu tidak akan hilang.
Berdasarkan hasil Scan RMI, dokter ahli syaraf di RS menduga asal rasa sakit itu sudah ada sekitar setahun yang lalu. Tapi, menurut Syekh al-Akbar, rasa sakit yang membuat Beliau sulit duduk sekarang ini telah dimulai sejak sepuluh tahun yang lalu.
Sebelum diputuskan operasi sempat terjadi pro-kontra antara setuju dan tidak setuju di kalangan keluarga dan pengurus yang akhirnya ditentukan mesti operasi juga. Hal ini dikuatkan oleh pengalaman dzikir 3 orang murid yang mengabarkan bahwa Syekh al-Akbar mesti dioperasi.
Sekitar 3 minggu lebih Syekh al-Akbar telah dirawat di rumah sakit. Sebelumnya sempat terdengar informasi dari salah seorang murid yang telah diberi kabar oleh Nabi Khidhir As. bahwa nanti seluruh murid-murid akan menangis sedih. Mungkin inilah buktinya berita tersebut.
Ada yang mengibaratkan bahwa masuknya Beliau ke rumah sakit menunjukkan sakitnya batin para murid. Di balik kisah Beliau dirawat di rumah sakit, ada cerita yang patut direnungkan bersama.
Bahwa sebenarnya Syekh al-Akbar sedang membuka ladang akhirat bagi para murid, dan memberikan ganjaran yang utama di moment yang penting sekarang ini. Apa yang Beliau alami berpengaruh kepada kondisi alam. Bahkan para Wali yang berasal dari luar Idrisiyyah pun merasakan sesuatu yang lain dari suasana alam saat ini. Mereka merasa risau dan khawatir dengan keadaan seperti ini.
Syekh al-Akbar ingin sekali murid-muridnya mengalami kemajuan, maka metode pengajaran yang Beliau berikan tidak seperti metode yang ada pada Ulama yang membimbing muridnya pada masa sebelumnya. Di zaman yang semakin cepat pergerakan perubahannya, Beliau pun menggunakan metode yang ampuh dan cepat untuk mendongkrak murid-murid meraih kesuksesan (kebahagiaan) atau bisa dikatakan dinaikan derajatnya. Oleh karenanya tidak banyak murid yang memahami dan menjangkau akan hal ini. Sehingga metode bimbingan yang diperlihatkan Syekh al-Akbar untuk membimbing murid ini.
Banyaknya program dakwah yang didahului oleh program pengembangan ekonomi, sebenarnya merupakan fasilitas yang diberikan Beliau untuk para murid-muridnya. Namun selama ini fasilitas itu belum banyak mendapatkan sambutan dari para murid-muridnya. Hal ini terbukti dari tersendatnya biaya perjuangan Beliau yang semestinya disokong oleh para murid.
Maka hikmah Beliau masuk rumah sakit ini merupakan media untuk menolong para murid untuk meraih kemajuan. Karena dengan cara inilah murid-murid akan terbius untuk menginfakkan hartanya di jalan Allah. Dan besar sedikit perhatian seorang murid menentukan sedikit banyaknya kemajuan yang Allah berikan kepadanya kelak. Bahkan dijelaskan bahwa dengan hanya sekedar niat untuk mendoakan Syekh al-Akbar saja senilai dengan berinfak 500 ekor kuda untuk Fi Sabilillah. Subhanallah.
Ini merupakan berita gembira di tengah-tengah kesedihan melanda jama'ah Idrisiyyah saat ini. Keadaan inilah yang mesti kita jadikan pemicu untuk berlomba-lomba memberikan perhatian yang lebih untuk perjuangan Syekh al-Akbar, khususnya di saat Beliau sedang dirawat di rumah sakit sekarang ini.
Semua yang Beliau tampakkan kepada kita selaku muridnya, adalah merupakan media bimbingan yang Allah tentukan kepada kita dan ditetapkan di masa ini. Hal itu seperti perkataan seorang murid yang mendapat bimbingan ruhani Beliau, bahwa alam semesta ini menyukai 2 dzikir yang disukai dan sering diungkapkan oleh Syekh al-Akbar. Pertama, Robbi adkhilnii mudkhola shidqin .... dan kedua, Dzikir Mulkiyyah, Laa Ilaaha Illallaahu wahdahuu laa syariikalah ........
Bahwa setiap masa, alam semesta menyukai dzikir yang berbeda bergantung kebiasaan dzikir seorang Sulthan Awliya di zamannya. Dan seiring perkembangan waktu, hari demi hari, menit demi menit, detik demi detik, gerak nafas dan betik hati seorang Sulthan Awliya mengiringi ritme kehidupan ini. Berbagai program yang Beliau kemukakan adalah merupakan bentuk bimbingan bagi setiap murid untuk meraih kemajuan. Tapi, sekali lagi Syekh al-Akbar tidak memaksa muridnya untuk mentaati atau mau melaksanakan apa yang Beliau programkan. Hal itu terserah murid itu sendiri untuk memutuskan derajat amaliyyah kehambaannya di sisi Allah. Wallaahu A’lam.
Jakarta, 17 April 2009