“Tentu tidak samar lagi bagi Tuan-tuan, telah sampai (berita) kepadaku bahwa Risalah Sulaiman bin Suhaim telah sampai kepada Tuan-tuan dan telah diterima bahkan dibenarkan oleh sebagian orang yang mengaku sebagai ahli ilmu golongan Tuan-tuan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT pun mengetahui bahwa orang telah melakukan kebohongan terhadapku mengenai beberapa masalah yang sebetulnya belum pernah aku katakan, bahkan kebanyakan tidak pernah terbetik dalam benakku untuk mengatakannya.
Di antara yang dikatakannya,
1.bahwa aku membatalkan (tidak mengakui) kitab-kitab Imam madzhab yang empat;
2.bahwa aku berkata, “Sesungguhnya manusia – sejak 600 tahun – itu tidak mempunyai kemampuan apa-apa”;
3.bahwa aku juga mengaku sebagai Imam Mujtahid;
4.bahwa aku keluar dari taqlid;
5.bahwa aku – katanya – mengatakan, “Perbedaan para Ulama itu merupakan niqmat (siksaan);
6.bahwa aku mengkafirkan orang-orang yang bertawasul, mengkafirkan Al-Bushiri yang mengatakan (kepada Nabi Muhammad Saw): 'Wahai makhluk yang paling mulia [Yaa Akromal Khalqi];
7.bahwa aku mengatakan 'Jika aku mampu menghancurkan kubah Rasulullah Saw pasti aku akan menghancurkannya, dan jika aku berkuasa (untuk berbuat sesuatu) terhadap Ka'bah tentu aku akan menggantikan saluran airnya dengan kayu,
8.bahwa aku juga mengharamkan ziarah ke makam Nabi Muhammad Saw dan kuburan kedua orang tua,
9.bahwa aku mengkafirkan orang yang bersumpah dengan nama selain Allah,
10.bahwa aku mengkafirkan Ibnul Faridh dan Ibnu 'Arabi,
11.bahwa aku pernah membakar kitab Dala-ilul Khairat dan kitab Raudhur Riyahin (Taman Ruhani Suci) bahkan menyebutnya sebagai kitab Raudh asy-Syayathin (Taman Syetan-Syetan).
Jawaban atas semua tuduhan itu adalah: “Aku hanya berkata, 'Subhaana hadza buhtanun 'azhim, Sucilah Engkau Ya Allah. Ini adalah suatu kebohongan yang besar'. Sebelum peristiwa seperti ini, pernah juga ada orang yang berdusta kepada Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau itu mencaci maki Nabi Isa, putra Maryam, menghina orang-orang shaleh. Maka hati mereka (yang hidup pada zaman Nabi Muhammad Saw) dan hati mereka (yang hidup pada zaman sekarang) itu mempunyai kesamaan, yakni penuh dengan upaya kebohongan terhadap orang lain dan mengatakan perkataan-perkataan yang palsu. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan itu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”. [Q.S. An-Nahl: 105].
Mereka (yang hidup di zaman Nabi) pun mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Malaikat, Nabi Isa, dan Uzair itu pasti masuk neraka”. Dalam konteks itulah, Allah SWT berfirman: 'Sesungguhnya orang-orang yang telah berlalu bagi mereka (pemberian) dari Kami (berupa) al-husna (kebaikan/petunjuk) mereka itu dijauhkan dari neraka”. [Q.S. Al-Anbiya: 10]
Inilah surat pribadi Syekh Muhammad bin Abdul Wahab berkenaan dengan karyanya yang telah menyebar luas dengan perhatian dan dana dari Universitas Imam Muhammad bin Sa'ud Al-Islamiyyah.
Sumber: Mafahim Yajibu an Tushahaha, Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani. Buku ini sudah diterjemahkan oleh Penerbit Rosdakarya Bandung dengan judul: Meluruskan Kesalahfahaman. Sayid Muhammad ini adalah Ulama yang dikagumi dan dihormati para Habaib khususnya di Indonesia. Selama di Indonesia banyak memberikan Ijazah Awrad Al-Idrisiyyah kepada Ulama maupun kaum muslimin, seperti Istighfar Kabir, Shalawat 'Azhimiyyah, dll. Beliau merupakan keturunan dari keluarga Syekh as-Sayid Ahmad bin Idris al-Hasani al-Fasi. Memperoleh gelar Doktor Cumlaude dari Kairo dalam usia yang relatif muda. Beliau satu-satunya Ulama yang paling gigih mempertahankan tradisi Maulid, Shalawat, Dzikir di wilayah Haramain. Beliau sering mengalami silang pendapat dan perdebatan dengan Ulama-ulama Wahabi, seperti Sy. Abdul Aziz bin Baz. Beliau banyak mengarang Kitab-kitab seputar Adzkar, Shalawat dan Pemahaman Tasawuf. Ulama-ulama Besar Nusantara banyak yang menimba ilmu kepada Beliau semasa hidupnya.
Selasa, 4 Mei 2010