Selasa, 24 Maret 2009

Imam An-Nawawi ad-Dimasyqi (631 – 676 H)

Nama lengkapnya adalah Imam Abu Bakar Zakariya Yahya bin Syarafuddin an-Nawawi ad-Dimasyqi, salah seorang tokoh besar dari Nawa. Dia berpindah dari Damaskus (Syria) kemudian kembali ke tempat kelahirannya (Nawa) di desa Hawran, hingga wafat di sana.
Beliau dikenal sebagai sosok yang zuhud, 'abid (kuat beribadah), memiliki ahwal (keadaan yang mengagumkan) dan karamah (kelebihan di luar kebiasaan umum).
Di antara perkataannya adalah: “Dasar Tasawuf itu ada 5:
  1. Taqwa kepada Allah, baik tidak terlihat maupun terlihat.
  2. Mengikuti Sunnah, perkataan maupun perbuatan,
  3. Berpaling dari makhluk, ketika diterima atau ditolak,
  4. Ridha kepada Allah, baik sedikit maupun banyak,
  5. Kembali kepada Allah, baik dalam saat lapang atau sempit.”
Imam Nawawi seorang yang diberi kelebihan dan beberapa karamah, di antaranya pernah terjadi ia terlihat dalam satu hari shalat Shubuh di Nawa, Zhuhur di Quds (Palestina), Ashar di Mekah, dan Maghrib di Madinah al-Munawarah.
Pernyataan di atas membuktikan bahwa Imam Nawawi mengakui keberadaan Tasawuf. Kalau pada masa sekarang banyak yang menuduh Tasawuf adalah suatu ajaran yang dibuat-buat atau bid'ah, maka silahkan tengok sosok Imam Nawawi ini, yang kitab-kitabnya tersebar luas dan dikaji oleh para Ulama di seluruh dunia. Orang yang menganggap dangkal adanya Tasawuf dan menyudutkan penganutnya, sebenarnya merekalah yang dangkal pemahamannya terhadap Sirah (sejarah) Islam dan para pembawanya.

(Lihat: Mu'jam ash-Shufiyyah, Mamdun az-Zuwaybi, hal. 411, cet. I 2004, Darul Jayl, Haqaiq 'anit Tasawuf, Abdul Qadir Isa).