Senin, 01 Juni 2009

Bagaimanakah kita Melihat sosok Khalifah Rasulullah Saw?

Diriwayatkan bahwa Abu Yazid dikenal sebagai seorang ahli sufi. Ia wafat dan dikubur di negeri Irak. Kuburnya tidak putus diziarahi setiap saat dan waktu. Pada suatu hari, seorang pejabat kenamaan datang melihat orang-orang yang berziarah ke kubur Abu Yazid. Di antara kerumunan orang banyak ia bertanya,

Apakah di antara kalian yang berziarah ini ada yang pernah hidup semasa dengan Abu Yazid?

Lalu, ada seorang tua mengacungkan tangan dan menjawab,

Ya tuan, saya pernah hidup semasa dengan Abu Yazid dan selalu mengikuti majelis taklim beliau dan mendengarkan petuah-petuah dari beliau.

Pejabat tadi bertanya lagi,

Apa yang pernah dikatakan Abu Yazid yang paling berkesan di hati anda?

Orang tua itu menjawab,

Ya, saya sangat terkesan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Yazid, bahwa Rasulallah saw bersabda, Barang siapa yang melihat aku, tidak akan dibakar oleh api neraka

Sang pejabat tadi terkejut keheranan,

Apa betul yang dikatakan Abu Yazid itu hadis Nabi saw? Ataukah Abu Yazid mengada-ada saja, karena sekian banyak orang yang melihat Rasulallah saw sewaktu beliau masih hidup, tetapi jelas akan dibakar oleh api neraka seperti Abu Lahab dan Abu Jahal umpamanya.

Orang tua itu menjawab lagi,

Betul apa yang tuan katakan itu, banyak orang yang melihat Rasulallah pada waktu beliau masih hidup, seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan kafir Quraisy lainnya, tetapi mereka tetap dibakar oleh api neraka, karena mereka hanya melihatnya sebagai Muhammad manusia biasa yang makan, minum, tidur dan istirahat. Mereka melihatnya sebagai anak yatim yang diasuh oleh Abu Thalib. Mereka melihatnya hanya sebagai pengembala kambing. Bahkan yang lebih jahat lagi mereka melihatnya sebagai musuh yang bisa merusak agama dan aqidah mereka. Mereka tidak pernah melihat beliau sebagai Rasulullah saw.

Demikian jawaban orang tua tadi.

************

Inilah yang menjadi pemikiran bagi kita, apakah kita selama ini memandang Syekh al-Akbar Muhyiddin M. Daud Dahlan sebagai Penerus tongkat Kekhalifahan Rasulullah Saw atau memandangnya sebagai manusia umumnya yang makan, minum, berjalan, duduk, dsb. Kalau kita melihat Syekh al-Akbar sebagai seorang Muhammad Daud Dahlan atau seperti orang-orang yang telah akrab sebelumnya dengan memanggil panggilan kecilnya saja, maka kita bisa menjadi seperti kaum Quraisy dahulu yang melihat Rasulullah Saw sebagai manusia biasa. Kalau kita hanya melihat Syekh al-Akbar dengan kacamata demikian, teramat rugilah kita. Kita memang mengenalnya sebagai Pewaris Nabi, tapi kita tidak menangkap kesan tersebut dengan perlakuan yang semestinya kepada Wakil Rasulullah Saw.

Muhammad itu adalah manusia, (tetapi) tidak seperti manusia biasa.

Bahkan Beliau adalah Yaqut (permata) di antara batu-batu biasa. (Al-Bushiri)

Semoga kita menjadi orang-orang yang mendapatkan manfaat (di akhirat kelak) dengan melihat Syekh al-Akbar di dunia ini, fid dun-ya qablal akhirah, Amiin.

Telah ada pada diri Utusan Allah itu suri tauladan yang baik bagi kalian, (yakni) bagi orang mengharap rahmat dari Allah dan hari akhir dan orang yang banyak berdzikir. (QS. Al-Ahzab)

Selasa, 2 Juni 2009