Selasa, 15 Januari 2008

Barokah Wisata Dzikir

Setelah kegiatan Malam Ketauhidan di Cipatujah, belum juga datang ‘berita-berita unik’ seputar kegiatan tersebut. Akhirnya kemarin saya mendapatkan ‘cerita baru’ dari salah seorang jama’ah asal Nias. Ia telah meninggalkan agama mayoritas di daerahnya, yakni Kristen, sejak ia mempersunting istrinya yang beragama Islam. Hingga akhirnya ia ditakdirkan menjadi murid Tarekat Idrisiyyah.
Bapak yang beristrikan orang Sragen ini memang sudah lama tidak datang ke pengajian Idrisiyyah. Suatu hari ia mendapatkan kabar bahwa Syekh al-Akbar mengajak murid-muridnya ke Cipatujah untuk mengadakan Dzikir Akbar. Dzikir yang berlokasi persis di pinggir pantai itu untuk menghidupkan malam yang banyak dipergunakan manusia di dunia ini untuk berpesta menyekutukan Allah.
Setelah ia mengutarakan keinginannya untuk hadir pada acara tersebut, rupanya isterinya menyetujuinya, ‘Silahkan Abang berangkat, saya tidak apa-apa menunggu di sini!’ Maka berangkatlah suaminya tersebut dengan perasaan lega, karena selama ini dirasakan berat untuk mendatangi pengajian atau kegiatan-kegiatan di Idrisiyyah.
Persis pada tanggal di mana berlangsung acara Wisata Dzikir di Cipatujah tersebut, tiba-tiba ada telpon dari Orang tua istrinya yang berasal dari Sragen (Jawa Tengah). Orang tuanya mengabarkan bahwa saat ini sedang terjadi banjir bandang melanda seluruh desa. Rumah orang tuanya tersebut sudah mulai kemasukan air di dapurnya. Orang tuanya dengan keadaan cemas bertanya kepada anaknya, ‘Di mana suamimu saat ini?’ Sang isteri menjawab, ‘Saat ini dia (suaminya) sedang mengikuti dzikir akbar di Cipatujah!’
Tepat dan persis ketika anaknya mengabarkan keadaan suaminya kepada orang tuanya itu, air yang melewati depan rumahnya tidak bisa masuk ke dalam rumahnya. Entah ada kekuatan apa yang membatasi perjalanan air banjir tersebut hingga ‘tidak berani’ memasuki tempat tinggalnya!! Subhaanallaah!
Orang-orang di sekitar rumah, semuanya berduyun-duyun berlindung di dalam rumah orang tuanya tersebut, sampai penuh sesak dengan penduduk. Mereka sangat heran, bertanya-tanya, ‘Aneh, kok, airnya tidak masuk ke dalam rumah ini ya?!’
Isteri yang mengizinkan suaminya ikut serta bersama Syekh al-Akbar berdzikir ini kemudian hatinya tergugah, dan akhirnya mengungkapkan keinginan dirinya menjadi murid Tarekat Idrisiyyah.
Pembaca sekalian, inilah barokah dan pertolongan Awliya yang diberikan kepada orang-orang yang mendukung perjuangannya. Bukan tertentu kepada muridnya saja, tapi juga kepada keluarganya. Cerita di atas adalah bukti yang terjadi di dunia, sebagai gambaran bahwa di akhirat yang abadi akan mendapatkan ganjaran yang lebih dari itu semua. Wallaahu A’lam.