Rabu, 24 Juni 2009

Perpindahan Ikan Pari


سبحان الله
- سبحان الله - سبحان الله

Bagai dedaun yang terapung-apung di tengah lautan,


beribu-ribu Ikan Pari kelihatan berkumpul di lautan Mexico .

Kejadian yang memukau ini direkam ketika

armada makhluk-makhluk ini melakukan perpindahan.

Dengan meluncur di bawah ombak,

ia mengubah lautan biru menjadi kuning keemasan.

Seorang juru foto amatir, Sandra Critelli merekam foto indah ini.

Katanya,

Seperti lukisan… permukaan air seperti dipenuhi

dedaun musim luruh yang melayang ditiup angin.

Banyak jumlahnya… menjangkau hingga ribuan jumlahnya!”

Berukuran lebar kepaknya 2.1 meter, ia menutupi seluruh kawasan sekitarnya…

bukan saja di permukaan, malah ada yang bergerak di lapisan bawah.”


Dari: Taman2Syurga@yahoogroups.com

Kamis, 18 Juni 2009

Zurnub bin Yar'ula, orang yang dipanjangkan umurnya

Dari Ibnu Umar Ra., ia berkata: (Suatu ketika) Umar Ra. menulis surat kepada Sa’ad bin Abu Waqash yang berada di Qadisiyyah (Baitul Maqdis): Perintahkan kepada Nadhlah bin Mu’awiyah supaya membawa pasukannya ke Hulwan. Maka langsung Sa’ad menyuruh Nadhlah membawa 300 ratus tentara pergi ke Hulwan. Maka sesampainya di sana ia dapat merebut satu kota itu sehingga mendapat banyak ghanimah dan tawanan, sehingga sesampainya di daratan di tepi bukit, maka Nadhlah mengumandangkan azan untuk shalat. Tiba-tiba ada suara di balik bukit itu yang menjawab setiap bacaan azannya. Saat ia mengucapkan: Allaahu Akbar - Allaahu Akbar, tiba-tiba ada suara jawaban: ’Engkau telah mengagungkan Zat Yang Besar, wahai Nadhlah!’ Dan ketika ia berucap: ”Asyhadu allaa ilaaha illallaah!” Dijawab: ’Itu adalah kalimat Ikhlash wahai Nadhlah!’ ”Asyhadu anna Muhammadar Rosuulullaah”, dijawab, ’Dialah yang teah diberitahu kepada kami oleh Isa As’. ”Hayya ’alash-Sholaaah”, dijawab, ’Beruntung bagi siapa yang menunaikannya!’ Kemudian, ”Hayya ’alal falaah”, dijawab, ’Sungguh beruntung orang yang menyambut Nabi Muhammad Saw!’ Kemudian, Allaahu Akbar - Allaahu Akbar laa ilaaha illallaah”, dijawab, ’Ikhlas benar engkau wahai Nadhlah, maka Allah mengharamkan jasadmu dari api neraka!’
Dan selesai azan Nadhlah berkata: ”Siapakah kamu Yarhamukallah? Seorang malaikat, jin atau seorang hamba Allah? Kamu telah mendengar suaramu, maka tunjukkanlah rupamu, maka kami ini adalah Utusan Allah, Rasulullah Saw dan Umar bin Khathab Ra. Maka tiba-tiba muncul orang tua berambut dan berjenggot putih berpakaian shuf. Lalu ia berkata: ’Assalaamu’alaikum Warohmatullaah wabarokaatuh”. Dijawab: Wa’alaikas salaam warohmah, siapakah kamu semoga Allah memberi rahmat kepadamu?”. Jawab orang itu: ”Saya adalah Dzurnub bin Yar’ula, pesuruh Nabi Isa As. Beliau telah mewasiatkan kepadaku untuk menunggu gunung ini, dan mendo’akan kepadaku umur panjang hingga beliau diturunkan dari langit. Adapun saya, karena tidak dapat bertemu dengan Nabi Muhammad Saw maka kirimkan salamku kepada Umar, dan katakan kepadanya: ’Hai, Umar, sedang-sedanglah kamu, dan mudahkanlah segala sesuatu, sebab hari kiamat telah dekat, dan beritahukan padanya beberapa hal jika terjadi pada umat Nabi Muhammad Saw maka segeralah lari, segeralah lari. Jika lelaki cukup sesama lelaki, jika wanita cukup sesama wanita (homo), dan mereka bernasab kepada yang bukan turunan mereka, dan yang tua tidak sayang kepada yang muda, sedangkan yang muda tidak hormat kepada yang tua, dan meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, dan orang belajar ilmu semata-mata untuk mendapatkan uang, dan turun hujan di musim kemarau, dan anak hanya menyebabkan jengkel kepada orang tua dan bertambah banyak orang yang tidak berbudi, dan berkurang orang yang mengenal budi, dan orang-orang berlomba-lomba membangun rumah, dan hanya menurutkan hawa nafsunya, dan menukarkan agama dengan dunia, dan meremehkan urusan pertumpahan darah, dan memutus hubungan famili, dan menjual hukum, dan mempertinggi bangunan menara (mercu suar) dan memperhias bentuk mushaf, dan menghiasi masjid, dan tersebar suap menyuap, dan merata makan riba, dan memuliakan orang yang kaya, dan wanita dapat berkendaraan sendiri. Kemudian ia pergi dari kami. Seteah itu Sa’ad bin Waqash pergi ke tempat itu membawa 4.000 tentaranya dan tinggal di sana selama 40 hari berazan untuk tiap shalat, tetapi tidak mendengar apa-apa.
[Lihat Kitab Tanbihul Ghofilin dalam Bab Alamat (tanda) kiamat].
Cerita ini diawali ketika seorang murid Al-Idrisiyyah didatangi oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah Ra. yang memberikan resep dipanjangkan dan diberkahi umur. Selanjutnya mengungkap seseorang yang dipanjangkan umur yang bernama Zurnub bin Yar'ula bin Makhnukh. (Konon rata-rata keturunan Nabi Nuh itu usianya panjang-panjang). Hanya demikian saja ceritanya. Kemudian, muncul lagi keterangan bahwa Zurnub bin Yar'ula disebut dalam sebuah kitab. Dan kitab itu pun tidak langsung diberitahu. Selang beberapa waktu diberitahukanlah bahwa nama kitabnya adalah Tanbihul Ghafilin (karya Abu Laits Samarqandi, bukan lainnya [sebab ada kitab yang namanya serupa]). Informasinya datang berangsur-angsur.
Setelah mendapatkan keterangan inipun betapa sulitnya melacak nama Zurnub bin Yar'ula dalam kitab setebal ratusan halaman. Namun, akhirnya Allah pertemukan lembaran halaman yang dimaksud tersebut, yang saat ini telah dapat kita simak ceritanya.
As-Syekh al-Akbar mengatakan Zurnub bin Yar’ula itu berdiam di sebuah pegunungan Cina. Perawakannya tidak seperti perawakan umumnya orang Cina (ia tidak sipit matanya). Wajahnya berkulit kemerah-merahan. Di saat salju menutupi wilayah pegunungan, ia tidak merasakan hawa dingin yang menyengat kulitnya. Hingga kini negara Cina yang begitu padat belum menemukan sosok manusia yang panjang umur ini dengan penampilan yang berbeda dengan orang-orang Cina saat ini.
Pernyataan As-Syekh al-Akbar ini menguatkan fakta sejarah penyebaran Islam ke negeri Cina yang dipelopori oleh sahabat Nabi yang bernama Sa’ad bin Waqqash, dan beliau merupakan sahabat Nabi Saw yang wafat dan dimakamkan di sana.
Wallaahu A'lam bish Showab.

Jakarta, 22 Juli 2007.

Senin, 15 Juni 2009

Ternyata Namanya: "Syekh Balwa"

Syekh Abdul Qadir al-Jaelani Qs. mengoreksi bahwa yang betul adalah Syekh Balwa (bukan Syekh Balwas). Dinamakan 'Balwa' karena begitu banyak ujian (Bala') yang Allah berikan kepadanya. Dia adalah salah satu Wali Allah yang tidak mengetahui bahwa dirinya adalah Wali.
Dikisahkan bahwa ada 3 orang yang taat beribadah kepada Allah. Mereka beribadah di suatu gua untuk menemukan petunjuk menjumpai seseorang yang bernama Syekh Balwa, untuk dijadikan sebagai Gurunya. Sebut saja si A telah beribadah (khalwat) selama 3 tahun, sedangkan si B telah melakukan khalwat selama 2 tahun, dan si C baru 1 tahun melakukan ibadah.
Suatu ketika, saat Syekh Balwa diusir oleh istri dan keluarganya, ia mampir ke gua tersebut yang kebetulan sudah ada di dalamnya 3 orang Abid tersebut. Maka berkumpullah mereka semua. Dalam perbincangan nama Syekh Balwa diganti dengan sebutan lain oleh ketiganya agar tidak diketahui siapapun. Begitu tiba waktu sholat, mereka sholat berjama'ah, dan yang ditunjuk sebagai Imam adalah si A, yang lebih tua dalam menjalankan ibadahnya. Setelah melaksanakan sholat, mereka memohon kepada Allah agar diturunkan hidangan atas mereka. Masing-masing berdo'a, kecuali Syekh Balwa yang hanya memperhatikan ketiga orang tersebut. Beberapa saat turunlah makanan dari langit (entah darimana tiba-tiba muncul di dalam gua). Masing-masing makanan datang sesuai dengan kadar lamanya mereka khalwat. Kalau si C, tentu saja paling lama, karena ia masih baru beribadah selama 1 tahun. Dan kalau si A, permohonannya cepat datangnya karena telah lama mengenyam lamanya khalwat. Saat ketiga orang itu sedang membincangkan seputar cepat lamanya datang hidangan di tengah-tengah mereka, Syekh Balwa keluar dari ruangan gua. Ia turun ke bawah. Lalu ia memanjatkan do'a kepada Allah seperti yang dilakukan oleh ketiga Abid tadi.
Begitu do'a itu dipanjatkan, terdengarlah suara gemuruh yang dirasakan oleh ketiga Abid di dalam gua, sambil bertanya-tanya, 'Siapakah gerangan yang sedang bermunajat seperti ini, sehingga dinding-dinding gua gemetar semuanya!' Mereka tidak mengetahui bahwa Syekh Balwa sedang memanjatkan do'a, 'Yaa Allah, akulah orang yang paling faqir di dunia ini, melebihi Ayub As, melebihi seluruh manusia yang ada di muka bumi ini, maka turunkanlah aku hidangan sebagaimana telah Engkau turunkan kepada mereka bertiga!'
Dan ijabah Do'a yang Allah berikan kepada Syekh Balwa itu berupa iringan makanan yang banyak jumlahnya. Masing-masing dibawa oleh dayang-dayang yang rupawan. Kejadian ini membuat gempar keadaan kampung di sekitar gua. Beberapa saat setelah kejadian itu, ketiga orang di dalam gua menghampiri Syekh Balwa, 'Wahai saudaraku, siapakah Engkau ini sebenarnya?' Maka dijawab oleh Syekh Balwa, 'Aku adalah Balwa. Seorang faqir yang sedang mengembara dan mampir ke sini'. Syekh Balwa menyembunyikan kelakuan istri dan keluarganya atas dirinya, sedangkan ia sedang mengalami kesedihan yang teramat sangat karena dienyahkan dari rumahnya sendiri oleh keluarganya sendiri.
Makanan yang begitu banyak akhirnya dibagi-bagikan kepada penduduk kampung. Dan seorang malaikat menyaru (menyembunyikan identitas dirinya) mengantarkan makanan ke keluarga Syekh Balwa. Kemudian si malaikat itu berkata, 'Wahai keluarga yang tidak mau diuntung, ketahuilah, seharusnya kalian beruntung hidup bersama Syekh Balwa, karena ia seorang Kekasih Allah. Apa yang ia minta, Allah kabulkan. Dan ia sekarang sudah meninggalkan kalian'. Mendengar ini maka menjadi bersedihlah keluarga Syekh Balwa.
Di sisi lain ketiga orang tadi sudah mengetahui kedudukan (maqam) Syekh Balwa, tapi Syekh Balwa tidak mengetahui bahwa dirinya merupakan salah satu dari Kekasih Allah yang diijabah do'anya.
Kamis, 25 April 2009


Demikianlah cerita yang tidak dijumpai dari tulisan (kitab), tapi bersifat tutur tinular dari Isyraqiyyah. Hal ini pernah dialami oleh Fariduddin 'Athar ketika menyusun untaian kisah Para Wali yang hidup pada masa sebelumnya (Tadzkiratul Awliya). Beliau dapat menuturkan cerita apa yang dialami oleh Para Wali pada ratusan tahun sebelum Beliau lahir, karena mendapatkan bimbingan dan informasi dari gaib. Sedangkan dalam khazanah kitab yang ada hanya sedikit menguraikannya. Demikian pula cerita demi cerita yang diungkapkan oleh Nabi Saw melalui perantara Jibril As. Beliau Saw dapat mengungkapkan cerita pada masa dahulu (hingga sampai kepada kita seperti kisah Syam'un al-Ghazi, 3 orang yang terperangkap di dalam gua, dan sebagainya). Semuanya melalui perantara ruhani untuk menguaknya. Maka jika seorang murid yang sedang menjalankan pertalian erat dengan Murysid al-Mushthafa pada zamannya, misteri apa yang terdahulu dan kemudian akan Allah bukakan padanya. Semuanya bisa diungkap atau hanya dipercayakan kepada beberapa orang saja untuk mengetahuinya. Qul innal fadhla biyadillaahi yu'tiihi masy-yasyaa-u wallaahu waasi'un 'aliiim.

Jumat, 12 Juni 2009

Syekh Balwas

Syekh al-Akbar mengisahkan tentang seorang Awliya Allah yang diberikan kecintaan lebih kepada Allah, yakni bernama Syekh Balwas. Dinamakan Syekh Balwas karena kelebihan cintanya kepada Allah. Ia melakukan hijrah ke sebuah gua, yang akhirnya ia dicerca dan dibenci oleh keluargannya, saudaranya, lingkungannya. Mirip yang dialami oleh Nabi Ayub As. Rindunya kepada Rasul-Nya berapi-api hingga suatu ketika Allah mengilhamkan bacaan shalawat kepadanya, yang ternyata kelebihannya luar biasa bagi yang mengamalkannya.
Syekh Balwas merenungkan ayat Allah tentang kejadian manusia yang diumpamakan seekor burung kepada Nabi Ibrahim. Burung tersebut dipotong menjadi beberapa bagian, kemudian dihidupkan kembali.
“Ya Allah semua orang faqir (tidak punya), Nabi Khidhir juga faqir, hanya Engkaulah Yang Kaya. Maka aku ingin menginginkan bertemu dengan Rasulullah Saw secara yaqzhah!” ujar Syekh Balwas. Maka seluruh apa yang dimilikinya diberikan kepada orang lain. Termasuk istrinya diserahkan kepada pihak Kesultanan. “Dan aku ini budak siapa?” tanya Syekh Balwas. Maka setiap ada yang meminta bantuannya karena Allah, dirinya diserahkan untuk membantunya. Perilaku ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Khidhir As.
Kemudian datanglah Rasulullah Saw, “Wahai Balwas, apa yang engkau inginkan?” Kemudian Rasulullah memberikan bacaan Shalawat yang diperintahkan kepadanya untuk membacanya sebanyak 20.000 kali. Berkata Syekh Balwas, “Aku mengerjakannya dalam sehari semalam”. Lalu datanglah uang 20.000 dinar kepadanya.
Syekh al-Akbar kemudian menunjukkan beberapa orang yang telah memakai shalawat ini termasuk yang berada di Baghdad (memiliki universitas), Syekh Abdur Rauf Singkel dan lainnya. Datangnya keajaiban ini biasanya tidak diketahui langsung oleh yang mengamalkannya. Ada yang mengalaminya dalam bentuk seorang asing yang datang ke rumahnya, kemudian ia menemui istrinya (keluarga) yang tinggal di rumah. Ada yang kaget menerimanya sebanyak 2 kontainer uang. Ada yang menerimanya dalam bentuk upah yang berlebihan. Ada yang menerimanya secara bertahap, hingga berjumlah total (dalam rupiah sekarang) sebanyak 2 triliyun rupiah.
Syekh Balwas ini hidup pada masa Syekh Samman al-Madani. Kedudukannya di bawah martabat Syekh Abdul Qadir al-Jaelani. Tapi beliau termasuk di antara 70.000 orang yang mendapatkan syafa'at langsung dari Nabi Muhammad Saw. Ia adalah orang yang tidak mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Wali Allah.
Syekh al-Akbar Muhammad Dahlan Ra. menyatakan bahwa Syekh al-Akbar Muhyiddin M. Daud Dahlan termasuk yang mendapatkan pertolongan langsung dari Nabi Muhammad Saw. Artinya yang bebas dari hisab Allah. “Bapak hanya diberi tahu dari Rasulullah Saw, sedangkan Rasulullah Saw, dikasih tahu!”
Syekh al-Akbar Muhyiddin berkata, “Kita mah habib-habiban, yang habib (Kekasih Allah) sesungguhnya adalah Rasulullah Saw”. Banyak Awliya yang bergelar Syekh al-Akbar, di antaranya Al-'Arif Billah Muhyiddin Ibnu 'Arabi. Ketika beliau diberi gelar Syekh al-Akbar dari Rasulullah Saw, maka beliau menangis karena tidak kuat menanggung beban nama tersebut atas dirinya. Beliau merasa malu dan hina terhadap gelar yang diberikan Rasulullah Saw tersebut. “Bapak sendiri Syekh al-Akbarnya cuma Syekh yang mengajak kepada Yang Akbar aja” ujar Beliau merendah. Syekh Muhammad Haq Afandi an-Nazili (pengarang Khazinatul Asrar) gelarnya Kabir, bukan Syekh al-Akbar.
Wallaahu A'lam bis Showab.
Catatan: Cerita ini berasal dari pengalaman ruhani (Isyraqiyyah) murid Thariqah Al-Idrisiyyah, Kamis, 25 April 2009

Cerita Tentang Malaikat Laut

Dikisahkan dari Sayid Al-Huda bahwasanya Imam Syafi'i Rhm. memiliki sebuah kitab yang sudah tidak beredar sekarang ini, saat itu bahkan hendak dibuang ke laut. Di dalam kitab tersebut memuat cerita yang gharib (asing), yang jarang disebut oleh para Ulama mengenai hal ini. Pada saat cerita ini disebut di dengar oleh Imam Ahmad al-Hanbal (muridnya, dan didengar / dihadiri secara ruhaniyah oleh Gurunya Imam Malik Rhm dan Imam Hanafi Rhm.

Ceritanya adalah tentang seorang Nasrani Paderi (demikian cerita ini didengar) yang bertaubat dari agamanya (Nasrani). Diawali ketika ia diilhami tentang kebenaran ajaran Islam, sehingga membuatnya bimbang dan ingin berpindah menganut agama Islam. Kemudian ia melakukan thawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali. Setelah itu ia mengalami guncangan hebat, sehingga ia memutuskan untuk mengembara ke tempat kesunyian.

Hingga ketika ia sampai di suatu tempat di pinggir laut, ia menghentikan langkahnya. Saat itu waktu sudah gelap gulita. Tiba-tiba terdengarlah gemuruh suara seperti suara hewan. Suasana hatinya bercampur aduk, mulai dari gundah, was-was, takut kalau-kalau binatang buas menyergapnya. Akhirnya ia memutuskan naik ke sebuah pohon besar. Di sana ia tidak bisa tidur.

Seketika suara gemuruh itu semakin jelas. Ia melihat di permukaan laut ada sebuah makhluk Allah bertubuh besar yang aneh menurut pandangannya. Kepalanya berwujud burung kasuari tapi berwajah seperti manusia (yang memiliki paruh), badannya seperti unta (memiliki punuk), ekornya seperti ekor ikan. Ia hanya muncul di permukaan laut saja.

Si Nasrani melihatnya dari kejauhan berteriak, 'Hai siapa itu?' Malaikat tersebut menegurnya, 'Wahai manusia, mengapa engkau tidak mengucapkan salam kepadaku?' Akhirnya si Nasrani pun mengikuti apa yang diperintahkannya.

Saat ia turun dari pohon ia kaget melihat lebih dekat bentuk asli makhlauk itu, ia berniat untuk lari karena takut. Tapi ia ditegur oleh malaikat tersebut, 'Wahai manusia, mengapa engkau lari dariku? Jika engkau lari niscaya engkau akan binasa'. Maka berhentilah Nasrani tadi.

Makhluk tersebut memperkenalkan dirinya, bahwa ia adalah seorang malaikat yang Allah cipta untuk berdiam di atas pemukaan laut. Ia merupakan salah satu bala tentara Allah. Setiap hari ia melantunkan tasbih dari ia diciptakan hingga saat ia dipertemukan. Setelah ia diperintahkan untuk taat kepada seorang hamba Allah, yakni Nabi Khidhir As, maka ia menjadi bagian bala tentara Beliau As di lautan.

Setelah mengalami peristiwa tersebut, bertambah mantaplah si Nasrani ini untuk berpindah keyakinan dari Nasrani menjadi seorang muslim. Dan ia meyakini bahwa apa yang dipegang selama ini (agamanya) adalah keliru, dan Islam lah yang benar menurutnya.

Nabi Khidir As. berkata: 'Barang siapa yang melantunkan tasbih malaikat tersebut, maka pahalanya seperti pahalah makhluk tersebut berdzikir dari awal hingga akhir hayatnya'.

Catatan: Paderi dalam cerita ini bisa diartikan Ulama, atau Kristen Katolik. Cerita ini berasal dari pengalaman Ruhani seorang murid Thariqah Al-Idrisiyyah, Kamis, 11 Juni 2009.

Senin, 01 Juni 2009

Bagaimanakah kita Melihat sosok Khalifah Rasulullah Saw?

Diriwayatkan bahwa Abu Yazid dikenal sebagai seorang ahli sufi. Ia wafat dan dikubur di negeri Irak. Kuburnya tidak putus diziarahi setiap saat dan waktu. Pada suatu hari, seorang pejabat kenamaan datang melihat orang-orang yang berziarah ke kubur Abu Yazid. Di antara kerumunan orang banyak ia bertanya,

Apakah di antara kalian yang berziarah ini ada yang pernah hidup semasa dengan Abu Yazid?

Lalu, ada seorang tua mengacungkan tangan dan menjawab,

Ya tuan, saya pernah hidup semasa dengan Abu Yazid dan selalu mengikuti majelis taklim beliau dan mendengarkan petuah-petuah dari beliau.

Pejabat tadi bertanya lagi,

Apa yang pernah dikatakan Abu Yazid yang paling berkesan di hati anda?

Orang tua itu menjawab,

Ya, saya sangat terkesan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Yazid, bahwa Rasulallah saw bersabda, Barang siapa yang melihat aku, tidak akan dibakar oleh api neraka

Sang pejabat tadi terkejut keheranan,

Apa betul yang dikatakan Abu Yazid itu hadis Nabi saw? Ataukah Abu Yazid mengada-ada saja, karena sekian banyak orang yang melihat Rasulallah saw sewaktu beliau masih hidup, tetapi jelas akan dibakar oleh api neraka seperti Abu Lahab dan Abu Jahal umpamanya.

Orang tua itu menjawab lagi,

Betul apa yang tuan katakan itu, banyak orang yang melihat Rasulallah pada waktu beliau masih hidup, seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan kafir Quraisy lainnya, tetapi mereka tetap dibakar oleh api neraka, karena mereka hanya melihatnya sebagai Muhammad manusia biasa yang makan, minum, tidur dan istirahat. Mereka melihatnya sebagai anak yatim yang diasuh oleh Abu Thalib. Mereka melihatnya hanya sebagai pengembala kambing. Bahkan yang lebih jahat lagi mereka melihatnya sebagai musuh yang bisa merusak agama dan aqidah mereka. Mereka tidak pernah melihat beliau sebagai Rasulullah saw.

Demikian jawaban orang tua tadi.

************

Inilah yang menjadi pemikiran bagi kita, apakah kita selama ini memandang Syekh al-Akbar Muhyiddin M. Daud Dahlan sebagai Penerus tongkat Kekhalifahan Rasulullah Saw atau memandangnya sebagai manusia umumnya yang makan, minum, berjalan, duduk, dsb. Kalau kita melihat Syekh al-Akbar sebagai seorang Muhammad Daud Dahlan atau seperti orang-orang yang telah akrab sebelumnya dengan memanggil panggilan kecilnya saja, maka kita bisa menjadi seperti kaum Quraisy dahulu yang melihat Rasulullah Saw sebagai manusia biasa. Kalau kita hanya melihat Syekh al-Akbar dengan kacamata demikian, teramat rugilah kita. Kita memang mengenalnya sebagai Pewaris Nabi, tapi kita tidak menangkap kesan tersebut dengan perlakuan yang semestinya kepada Wakil Rasulullah Saw.

Muhammad itu adalah manusia, (tetapi) tidak seperti manusia biasa.

Bahkan Beliau adalah Yaqut (permata) di antara batu-batu biasa. (Al-Bushiri)

Semoga kita menjadi orang-orang yang mendapatkan manfaat (di akhirat kelak) dengan melihat Syekh al-Akbar di dunia ini, fid dun-ya qablal akhirah, Amiin.

Telah ada pada diri Utusan Allah itu suri tauladan yang baik bagi kalian, (yakni) bagi orang mengharap rahmat dari Allah dan hari akhir dan orang yang banyak berdzikir. (QS. Al-Ahzab)

Selasa, 2 Juni 2009