Banyak Wali-wali Allah yang dimasyhurkan setelah wafatnya, di antaranya adalah Mbah Priok. Sebelumnya, Wali Allah itu tersembunyi (mastur), tetapi karena kehendak Allah jua akhirnya Beliau-beliau itu 'tampak ke permukaan'. Banyak tanda kewalian seseorang terbuka secara nyata setelah terlihat jasadnya utuh (tidak hancur) ketika dipindahkan.
Sebenarnya banyak Wali-wali Allah yang disatarkan (tidak masyhur) khususnya di Pulau Jawa ini. Di antaranya adalah Syekh Tubagus Sa'ari. Makam Beliau terletak di area pemakaman Rawamangun. Beliau Hafizh (hafal Al-Quran) di masa hidupnya. Karakter Beliau adalah tidak ingin dikenal sewaktu hidupnya.
Selanjutnya adalah Syekh Raden Abdullah Mukmin, di Tangerang. Sewaktu hidup Beliau dikenal sebagai sosok Ulama biasa yang mengajar dari rumah ke rumah, musholla ke musholla. Padahal ilmunya banyak sekali. Beliau disamping Hafizh Quran juga seorang Muhaddits, yang menghafal banyak sekali hadits-hadits Rasulullah Saw. Beliau ini dikenal kewaliannya setelah jasadnya dipindahkan. Tidak ada bekas kerusakan pada tubuhnya sebab berlalunya masa.
Di daerah Betawi ada seorang Ulama yang bernama Syekh (Kiyai) Ghazali yang semasa hidupnya gandrung (Mahabbah) dengan perilaku, karya, kebiasaan yang dilakukan oleh Imam Hujjatul Islam, Abu Hamid al-Ghazali ath-Thusi Rhm. Sampai-sampai hampir semua Kitab-kitab Imam al-Ghazali Beliau miliki dan disimpan di rumahnya. Beliau wafat dalam usia 99 tahun.
Ada lagi seorang Ulama yang dikenal dengan Wali Musa di Tangerang. Beliau adalah penganut Tarekat Syadziliyyah Qadiriyyah. Beliau tidak memiliki keturunan. Tapi semasa hidupnya dikenal sebagai seorang murid yang sangat penurut (patuh) kepada Gurunya. Nabi Khidhir pun sulit menemui Beliau ini lantaran dekatnya Beliau dengan Gurunya tersebut.
Kalau ada yang pernah berkunjung ke Kebon Raya Bogor, di sana ada sebuah makam yang tidak banyak orang mengetahui identitasnya. Beliau dikenal dengan nama Mbah Jepra. Sebenarnya nama aslinya adalah Sayid Ja'far al-Idrus. Beliau lah yang menundukkan komunitas Jin di tempat itu saat datang pertama kali ke wilayah itu. Beliau dikenal sebagai Ahli Ilmu Mahabbah, sehingga apabila seorang wanita melihatnya akan terpikat kepadanya. Beliau bersembunyi di tempat itu hingga akhir hayatnya.
Di dekat prasasti Batu Tulis Bogor ada sebuah makam pula yang dinamai sebagai Mbah Dalem. Nama aslinya adalah Syekh Sayid Ahmad al-'Athas. Beliau termasuk abdi dalem kerajaan. Kebiasaan Beliau adalah selalu nyepi dan khalwat. Karunia yang Allah berikan padanya adalah di bidang kanuragan dan kewibawaan.
Di daerah Madura ada seorang Ulama yang tidak dikenal, tapi kehidupannya seperti kehidupan Al-Hallaj, karena sering mengalami jadzbah. Namanya Syekh (Kiyai) Hanafi. Beliau masih keturunan Rasulullah Saw dari garis Husein Ra. Beliau mendapatkan Ijazah / Bai'at Thariqah langsung dari Rasulullah Saw secara Yaqzhah wa Musyafahah (sadar dan bersentuhan) sebagaimana yang dialami oleh Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi dan banyak Ulama Shufi lainnya. Sewaktu Beliau akan meninggal, Beliau didatangi oleh Rasulullah Saw, sama seperti Syekh (Kiyai) Hamid Pasuruan yang sebelum wafatnya didatangi Beliau Saw sehingga di akhir hayatnya Beliau memutuskan untuk berhenti merokok. Nama Thariqah Syekh Hanafi ini bernama Thariqah Al-Muhammadiyyah al-Khidhiriyyah, sama seperti Syekh Abdul Aziz ad-Dabbagh Ra, pangarang Kitab Al-Ibriz dari Maghribi. Beliau wafat sekitar 40 tahunan.
Banyak Wali-wali tersembunyi, yang banyak orang tidak tahu. Semuanya memiliki martabat (tingkatan) dan kekhususan. Sehingga banyak orang lebih mengetahui Wali yang masyhur daripada mengetahui Wali Khas yang derajatnya ditinggikan oleh Allah pada masanya dibanding lainnya. Bahkan seorang Sulthan Awliya masyhur, Syekh Quthbur Rabbani Abdul Qadir al-Jaelani Qaddasalahu Sirrahul 'Aziz, pada masa hidupnya tidak dikenal sebagai seorang Awliya. Baru setelah 25 tahun terbuka hijab (dinding penutup) akan kewaliannya.
Syekh Abdus Salam bin Masyisy Ra. adalah seorang Wali Mursyid yang tidak dikenal pada masanya. Tapi setelah ditemukan di atas bukit oleh muridnya, yakni Syekh Ali Abul Hasan asy-Syadzili (pendiri Thariqah Syadziliyyah), barulah terkuak keberadaan dan kebesaran Awliya-nya di tengah umat. Masyhur atau tidak, bukanlah tujuan bagi seorang Awliya. Semua terhitung dalam genggaman Kehendak dan takdir-Nya.
Senin, 19 April 2010