Jumat, 12 Juni 2009

Syekh Balwas

Syekh al-Akbar mengisahkan tentang seorang Awliya Allah yang diberikan kecintaan lebih kepada Allah, yakni bernama Syekh Balwas. Dinamakan Syekh Balwas karena kelebihan cintanya kepada Allah. Ia melakukan hijrah ke sebuah gua, yang akhirnya ia dicerca dan dibenci oleh keluargannya, saudaranya, lingkungannya. Mirip yang dialami oleh Nabi Ayub As. Rindunya kepada Rasul-Nya berapi-api hingga suatu ketika Allah mengilhamkan bacaan shalawat kepadanya, yang ternyata kelebihannya luar biasa bagi yang mengamalkannya.
Syekh Balwas merenungkan ayat Allah tentang kejadian manusia yang diumpamakan seekor burung kepada Nabi Ibrahim. Burung tersebut dipotong menjadi beberapa bagian, kemudian dihidupkan kembali.
“Ya Allah semua orang faqir (tidak punya), Nabi Khidhir juga faqir, hanya Engkaulah Yang Kaya. Maka aku ingin menginginkan bertemu dengan Rasulullah Saw secara yaqzhah!” ujar Syekh Balwas. Maka seluruh apa yang dimilikinya diberikan kepada orang lain. Termasuk istrinya diserahkan kepada pihak Kesultanan. “Dan aku ini budak siapa?” tanya Syekh Balwas. Maka setiap ada yang meminta bantuannya karena Allah, dirinya diserahkan untuk membantunya. Perilaku ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Khidhir As.
Kemudian datanglah Rasulullah Saw, “Wahai Balwas, apa yang engkau inginkan?” Kemudian Rasulullah memberikan bacaan Shalawat yang diperintahkan kepadanya untuk membacanya sebanyak 20.000 kali. Berkata Syekh Balwas, “Aku mengerjakannya dalam sehari semalam”. Lalu datanglah uang 20.000 dinar kepadanya.
Syekh al-Akbar kemudian menunjukkan beberapa orang yang telah memakai shalawat ini termasuk yang berada di Baghdad (memiliki universitas), Syekh Abdur Rauf Singkel dan lainnya. Datangnya keajaiban ini biasanya tidak diketahui langsung oleh yang mengamalkannya. Ada yang mengalaminya dalam bentuk seorang asing yang datang ke rumahnya, kemudian ia menemui istrinya (keluarga) yang tinggal di rumah. Ada yang kaget menerimanya sebanyak 2 kontainer uang. Ada yang menerimanya dalam bentuk upah yang berlebihan. Ada yang menerimanya secara bertahap, hingga berjumlah total (dalam rupiah sekarang) sebanyak 2 triliyun rupiah.
Syekh Balwas ini hidup pada masa Syekh Samman al-Madani. Kedudukannya di bawah martabat Syekh Abdul Qadir al-Jaelani. Tapi beliau termasuk di antara 70.000 orang yang mendapatkan syafa'at langsung dari Nabi Muhammad Saw. Ia adalah orang yang tidak mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Wali Allah.
Syekh al-Akbar Muhammad Dahlan Ra. menyatakan bahwa Syekh al-Akbar Muhyiddin M. Daud Dahlan termasuk yang mendapatkan pertolongan langsung dari Nabi Muhammad Saw. Artinya yang bebas dari hisab Allah. “Bapak hanya diberi tahu dari Rasulullah Saw, sedangkan Rasulullah Saw, dikasih tahu!”
Syekh al-Akbar Muhyiddin berkata, “Kita mah habib-habiban, yang habib (Kekasih Allah) sesungguhnya adalah Rasulullah Saw”. Banyak Awliya yang bergelar Syekh al-Akbar, di antaranya Al-'Arif Billah Muhyiddin Ibnu 'Arabi. Ketika beliau diberi gelar Syekh al-Akbar dari Rasulullah Saw, maka beliau menangis karena tidak kuat menanggung beban nama tersebut atas dirinya. Beliau merasa malu dan hina terhadap gelar yang diberikan Rasulullah Saw tersebut. “Bapak sendiri Syekh al-Akbarnya cuma Syekh yang mengajak kepada Yang Akbar aja” ujar Beliau merendah. Syekh Muhammad Haq Afandi an-Nazili (pengarang Khazinatul Asrar) gelarnya Kabir, bukan Syekh al-Akbar.
Wallaahu A'lam bis Showab.
Catatan: Cerita ini berasal dari pengalaman ruhani (Isyraqiyyah) murid Thariqah Al-Idrisiyyah, Kamis, 25 April 2009

Cerita Tentang Malaikat Laut

Dikisahkan dari Sayid Al-Huda bahwasanya Imam Syafi'i Rhm. memiliki sebuah kitab yang sudah tidak beredar sekarang ini, saat itu bahkan hendak dibuang ke laut. Di dalam kitab tersebut memuat cerita yang gharib (asing), yang jarang disebut oleh para Ulama mengenai hal ini. Pada saat cerita ini disebut di dengar oleh Imam Ahmad al-Hanbal (muridnya, dan didengar / dihadiri secara ruhaniyah oleh Gurunya Imam Malik Rhm dan Imam Hanafi Rhm.

Ceritanya adalah tentang seorang Nasrani Paderi (demikian cerita ini didengar) yang bertaubat dari agamanya (Nasrani). Diawali ketika ia diilhami tentang kebenaran ajaran Islam, sehingga membuatnya bimbang dan ingin berpindah menganut agama Islam. Kemudian ia melakukan thawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali. Setelah itu ia mengalami guncangan hebat, sehingga ia memutuskan untuk mengembara ke tempat kesunyian.

Hingga ketika ia sampai di suatu tempat di pinggir laut, ia menghentikan langkahnya. Saat itu waktu sudah gelap gulita. Tiba-tiba terdengarlah gemuruh suara seperti suara hewan. Suasana hatinya bercampur aduk, mulai dari gundah, was-was, takut kalau-kalau binatang buas menyergapnya. Akhirnya ia memutuskan naik ke sebuah pohon besar. Di sana ia tidak bisa tidur.

Seketika suara gemuruh itu semakin jelas. Ia melihat di permukaan laut ada sebuah makhluk Allah bertubuh besar yang aneh menurut pandangannya. Kepalanya berwujud burung kasuari tapi berwajah seperti manusia (yang memiliki paruh), badannya seperti unta (memiliki punuk), ekornya seperti ekor ikan. Ia hanya muncul di permukaan laut saja.

Si Nasrani melihatnya dari kejauhan berteriak, 'Hai siapa itu?' Malaikat tersebut menegurnya, 'Wahai manusia, mengapa engkau tidak mengucapkan salam kepadaku?' Akhirnya si Nasrani pun mengikuti apa yang diperintahkannya.

Saat ia turun dari pohon ia kaget melihat lebih dekat bentuk asli makhlauk itu, ia berniat untuk lari karena takut. Tapi ia ditegur oleh malaikat tersebut, 'Wahai manusia, mengapa engkau lari dariku? Jika engkau lari niscaya engkau akan binasa'. Maka berhentilah Nasrani tadi.

Makhluk tersebut memperkenalkan dirinya, bahwa ia adalah seorang malaikat yang Allah cipta untuk berdiam di atas pemukaan laut. Ia merupakan salah satu bala tentara Allah. Setiap hari ia melantunkan tasbih dari ia diciptakan hingga saat ia dipertemukan. Setelah ia diperintahkan untuk taat kepada seorang hamba Allah, yakni Nabi Khidhir As, maka ia menjadi bagian bala tentara Beliau As di lautan.

Setelah mengalami peristiwa tersebut, bertambah mantaplah si Nasrani ini untuk berpindah keyakinan dari Nasrani menjadi seorang muslim. Dan ia meyakini bahwa apa yang dipegang selama ini (agamanya) adalah keliru, dan Islam lah yang benar menurutnya.

Nabi Khidir As. berkata: 'Barang siapa yang melantunkan tasbih malaikat tersebut, maka pahalanya seperti pahalah makhluk tersebut berdzikir dari awal hingga akhir hayatnya'.

Catatan: Paderi dalam cerita ini bisa diartikan Ulama, atau Kristen Katolik. Cerita ini berasal dari pengalaman Ruhani seorang murid Thariqah Al-Idrisiyyah, Kamis, 11 Juni 2009.