Syekh Balwas merenungkan ayat Allah tentang kejadian manusia yang diumpamakan seekor burung kepada Nabi Ibrahim. Burung tersebut dipotong menjadi beberapa bagian, kemudian dihidupkan kembali.
“Ya Allah semua orang faqir (tidak punya), Nabi Khidhir juga faqir, hanya Engkaulah Yang Kaya. Maka aku ingin menginginkan bertemu dengan Rasulullah Saw secara yaqzhah!” ujar Syekh Balwas. Maka seluruh apa yang dimilikinya diberikan kepada orang lain. Termasuk istrinya diserahkan kepada pihak Kesultanan. “Dan aku ini budak siapa?” tanya Syekh Balwas. Maka setiap ada yang meminta bantuannya karena Allah, dirinya diserahkan untuk membantunya. Perilaku ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Khidhir As.
Kemudian datanglah Rasulullah Saw, “Wahai Balwas, apa yang engkau inginkan?” Kemudian Rasulullah memberikan bacaan Shalawat yang diperintahkan kepadanya untuk membacanya sebanyak 20.000 kali. Berkata Syekh Balwas, “Aku mengerjakannya dalam sehari semalam”. Lalu datanglah uang 20.000 dinar kepadanya.
Syekh al-Akbar kemudian menunjukkan beberapa orang yang telah memakai shalawat ini termasuk yang berada di Baghdad (memiliki universitas), Syekh Abdur Rauf Singkel dan lainnya. Datangnya keajaiban ini biasanya tidak diketahui langsung oleh yang mengamalkannya. Ada yang mengalaminya dalam bentuk seorang asing yang datang ke rumahnya, kemudian ia menemui istrinya (keluarga) yang tinggal di rumah. Ada yang kaget menerimanya sebanyak 2 kontainer uang. Ada yang menerimanya dalam bentuk upah yang berlebihan. Ada yang menerimanya secara bertahap, hingga berjumlah total (dalam rupiah sekarang) sebanyak 2 triliyun rupiah.
Syekh Balwas ini hidup pada masa Syekh Samman al-Madani. Kedudukannya di bawah martabat Syekh Abdul Qadir al-Jaelani. Tapi beliau termasuk di antara 70.000 orang yang mendapatkan syafa'at langsung dari Nabi Muhammad Saw. Ia adalah orang yang tidak mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Wali Allah.
Syekh al-Akbar Muhammad Dahlan Ra. menyatakan bahwa Syekh al-Akbar Muhyiddin M. Daud Dahlan termasuk yang mendapatkan pertolongan langsung dari Nabi Muhammad Saw. Artinya yang bebas dari hisab Allah. “Bapak hanya diberi tahu dari Rasulullah Saw, sedangkan Rasulullah Saw, dikasih tahu!”
Syekh al-Akbar Muhyiddin berkata, “Kita mah habib-habiban, yang habib (Kekasih Allah) sesungguhnya adalah Rasulullah Saw”. Banyak Awliya yang bergelar Syekh al-Akbar, di antaranya Al-'Arif Billah Muhyiddin Ibnu 'Arabi. Ketika beliau diberi gelar Syekh al-Akbar dari Rasulullah Saw, maka beliau menangis karena tidak kuat menanggung beban nama tersebut atas dirinya. Beliau merasa malu dan hina terhadap gelar yang diberikan Rasulullah Saw tersebut. “Bapak sendiri Syekh al-Akbarnya cuma Syekh yang mengajak kepada Yang Akbar aja” ujar Beliau merendah. Syekh Muhammad Haq Afandi an-Nazili (pengarang Khazinatul Asrar) gelarnya Kabir, bukan Syekh al-Akbar.
Wallaahu A'lam bis Showab.
Catatan: Cerita ini berasal dari pengalaman ruhani (Isyraqiyyah) murid Thariqah Al-Idrisiyyah,