Selasa, 12 Agustus 2008

Selamat Jalan Pak Kayum

‘Tok, tok, tok’, suara tongkat terdengar dari dekat Kubah (makam Syekh al-Akbar Abdul Fattah & Syekh al-Akbar M. Dahlan). ‘Eh, Pak Kayum. Kenapa Bapak jalan-jalan? Kan Bapak sedang sakit!’ Ucap seorang murid keheranan. ‘Nggak apa-apa. Saya sengaja datang memaksakan diri untuk mengikuti acara Qini’ Jawab Pak Kayum ringan.
Pembicaraan di atas merupakan mimpi seorang murid pada saat menjelang dipanggilnya Pak Kayum ke Haribaan Allah SWT.
Tiba-tiba terdengar suara HP berdering, ‘Pak Kayum tunggu dulu sebentar saya mau buka HP saya dulu, ada yang manggil saya nih!’ Begitu ia mendengar suara dering HP, sambil meraba-raba kantongnya, ia terbangun dari tidurnya. Ketika ia terbangun, ia menyadari bahwa pertemuannya dengan Pak Kayum tadi cuma mimpi. Anehnya, ketika ia bangun ia juga mendengar suara Hp bordering di kantongnya, seolah mimpinya itu bersambung ke alam nyata.
Maka diangkatlah HP-nya, ‘Hallo, Assalamu’alaikum!’ ‘Hallo, siapa ini? Ada apa?’ tanya si murid.
‘Saya anak Pak Kayum Jam’un. Ingin memberitahu bahwa baru saja Bapak menghembuskan nafasnya yang terakhir! Mohon do’anya dari para jama’ah Idrisiyyah’
Innaa lillaahi wa-innaa ilayhi rooji’uun! Insya Allah nanti akan kami sampaikan berita duka ini. Mohon maaf kami tidak bisa menghadiri pemakaman Beliau besok, karena malam hingga besok pagi kami masih menghadiri acara Qini di Tasikmalaya. Dan semoga ada wakil dari Idrisiyyah ke tempat Bapak!’
Setelah menjawab suara telpon tadi, si murid termenung. Ia tidak menyangka Pak Kayum meninggal secepat itu. Dan yang ia rasakan aneh adalah baru saja ia memimpikannya. Seakan-akan memberitahukan keinginan kuat Beliau untuk menghadiri Qini di Tasikmalaya meskipun fisiknya sudah melemah. Dan kami berniat akan menghadiri acara do’a dan tahlil di rumah almarhum nanti sepulang dari acara Qini.
Pada malam acara peringatan 7 hari wafatnya, seseorang diperlihatkan ruhani Pak Kayum hadir. Saat acara makan malam Syekh al-Akbar hanya membawa sebuah salak di samping piringnya. Ia ingin sekali membawakan buah-buahan yang banyak di dalam ke hadapan Syekh al-Akbar tapi ia tidak lagi mampu. ‘Mohon maaf Syekh al-Akbar, sekarang saya sudah tidak bisa lagi melayani Syekh al-Akbar! Padahal saya pengen sekali melayani Syekh al-Akbar di tempat saya ini dengan sebaik-baiknya!’
Setelah taushiyah selesai, datanglah anak-anak almarhum. Yang tertua datang menghadap Syekh al-Akbar menguraikan kesedihannya, ‘Saya sedih tapi ikhlas ditinggalkan Bapak. Saya tidak mengerti mengapa Bapak tidak memberitahukan saya bahwa Bapak mau pergi. Sedang orang lain diberitahu’. Si murid yang telah menyaksikan kedatangan ruhani Pak Kayum mengatakan, ‘Beliau berpesan kepada saya tolong sampaikan nanti kepada anak saya yang paling tua di hadapan Syekh al-Akbar, bahwa jangan khawatir dengan keadaan saya sekarang ini. Saya telah mendapatkan kenikamatan dan kebahagiaan saat ini. Namun ada satu yang mengganjal di hati saya, yakni harapan saya semoga di antara anak-anak saya ada yang meneruskan hubungan saya di dunia ini dengan Al-Idrisiyyah. Tapi saya pun memberikan kebebasan kepada anak-anak saya semua, silahkan. Saya tidak memaksa anak-anak saya untuk masuk menjadi jama’ah Tarekat Idrisiyyah’.
Sambil berurai air mata anak tertua almarhum mendengarkan apa yang telah diamanatkan Bapaknya kepadanya. ‘Ya, saya akan ikut mengaji di Idrisiyyah suatu saat nanti’. Lanjutnya, ‘Memang, di akhir-akhir kehidupan Bapak, sewaktu masih di rumah sakit dia selalu duduk sambil berdzikir. Dan suatu saat ia terlihat berkata-kata sendiri, seperti ada orang yang ia ajak bicara. Pernah kejadian itu ditegur oleh kami, Bapak sedang bicara dengan siapa? Lalu Bapak katakan bahwa ia sedang bicara dengan Gurunya (Syekh al-Akbar). Kalian tidak tahu ia hadir di sini bersama kita, begitu beliau menjelaskan’.
Pembicaraan itu kemudian terputus, dialihkan dengan rencana Syekh al-Akbar selanjutnya pergi ke daerah Muara Angke, karena di sana telah ditunggu oleh seseorang.
Semoga Pak Kayum dengan bekas-bekas khidmah perjuangannya di Idrisiyyah diberikan kebahagiaan yang paripurna di sisi Allah, Rasul dan Syekh al-Akbar. Amin Yaa Robbal ‘Alamin. Al-Fatihah:
Batu Tulis, 9 Agustus 2008

Tidak ada komentar: