Kamis, 05 Juli 2007

Bersyahadat Di alam Ruhani

Mimpi seorang murid ini mengejutkan, dan belum pernah terjadi sebelumnya. Suatu ketika dalam mimpinya ia melihat ada seseorang yang dikenalnya datang kepadanya. Orang tersebut adalah orang keturunan (Cina) beragama non muslim yang sudah meninggal. Rumahnya berdekatan dengan Masjid Jami’e Al-Fattah.
Orang itu berkata, ‘Tolong bimbinglah saya bersyahadat, saya ingin menjadi umat Islam!’ Si murid berkata, ‘Ya tunggu, nanti saya akan panggil Guru saya. Madaad Syekh Akbar!’ Maka datanglah Syekh al-Akbar Muhammad Daud Dahlan dan menanyakan apa keperluannya. Lalu diceritakan oleh si murid mengenai keinginan orang tersebut yang ingin menjadi seorang muslim.
Syekh al-Akbar berkata, ‘Tunggu dulu, saya akan memanggil Rasulullah Saw’. Seketika suasana menjadi hening dan syahdu, sunyi tidak ada angin seperti suasana malam Lailatul Qadr. Setelah lebih kurang selama 10 (sepuluh) menit datanglah Rasulullah Saw seolah-olah turun dari langit. Saat itulah Syekh al-Akbar menyuruh orang tersebut mengikuti apa yang beliau sebutkan, ‘Asy-hadu allaa ilaaha illallaah, wa Asy-hadu anna Muhammadar rosuulullaah!’ Syahadat itu dilafazhkan berulang-ulang selama 3 kali.
Selesai pengucapan syahadat yang dihadiri oleh Rasululullah Saw itu, maka Rasulullah pun pamit, dan mengucapkan salam. Sebelum ruhani Beliau Saw naik ia bersuara lantang, ‘Madaad Syekh al-Akbar Muhammad Daud!’ Selanjutnya Beliau naik ke langit dan lenyap dari pandangan.
Yang bermimpi terbangun, dan ia melihat jam menunjukkan pukul 1 tengah malam.
Beberapa hari kemudian ia melaporkan peristiwa itu kepada Gurunya, dan menanyakan mengapa Allah memberikan karunia mimpi yang indah hingga bertemu dengan Rasulullah Saw. Syekh al-Akbar Muhammad Daud Dahlan Ra. mengatakan, ‘Karena kedhaifan engkau-lah Allah berikan karunia itu. Agar engkau sebagai murid menjadi kuat keyakinannya terhadap Gurunya’.
Catatan:
Setelah ditelusuri siapa gerangan orang yang dimaksud dalam mimpi ini. Ternyata orang tersebut memang mempunyai sifat yang terpuji selama hidupnya (meskipun ia non-muslim). Ia senantiasa bersangka baik terhadap Syekh al-Akbar (waktu itu Sy. Akbar Muhammad Dahlan) dan murid-muridnya. Pernah terlihat ketika ia membeli sayur mayur ia bersedia mengalah, membiarkan orang-orang mesjid mendahuluinya. Ketika ada jama’ah Idrisiyyah yang ingin berbelanja di warungnya ia memperlihatkan sikap yang ramah sekali. Bahkan sering ia berpartisipasi dalam berbagai kegiatan mesjid seperti Idul Qurban, Maulid, dsb.

Tidak ada komentar: