Senin, 07 Juni 2010

Bisa Mimpi Kembali

Siang tadi seorang murid membeli kitab Hadiqah Riyahin. Ia mengutarakan maksud membeli Hadiqah tersebut. Hadiqah itu bukan untuk dirinya tapi untuk seorang pamannya, yakni adik mertuanya. Adik mertuanya ini dahulu dikenal sebagai orang yang fasik, banyak melakukan dosa-dosa besar. Di antaranya mabuk-mabukkan, dan lainnya yang tidak enak untuk dirincikan. Suatu ketika ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan gangguan pada syaraf di otaknya. Menurut hasil penelitian dokter, ada syaraf yang putus di otaknya akibat benturan keras kecelakaan itu. Dampak akibat peristiwa itu, ia tidak pernah mengalami mimpi selama 3 tahun lamanya. Pamannya bangun secara tiba-tiba, pikirannya kosong tidak merasakan apapun ketika ia tidur.

Kemudian mertuanya menceritakan kepada adiknya tersebut tentang sekilas pengajian yang sering didatangi oleh anaknya, yakni pengajian di Batu Tulis. Di pengajian ini (Al-Idrisiyyah) konon ada bacaan wirid dan do'a yang boleh dikerjakan oleh siapapun. Sebelumnya, pamannya ini memiliki kegemaran mempelajari macam-macam ilmu hikmah dan kedigdayaan. Ilmu-ilmu tersebut banyak yang diwarnai dengan syarat-syarat bacaan-bacaan wirid tertentu. Ia pun tertarik ingin melihat wirid pengajian di Idrisiyyah.

Mertuanya mengatakan, 'Baca-baca saja dulu, anggap saja latihan. Kalau sudah mantap nanti baru datang ke sana (Batu Tulis). Meskipun belum jadi murid, niatkan saja membaca awrad ini untuk dipertemukan dengan Beliau ini (Syekh al-Akbar)'.

Baru tiga hari ia membaca awrad dalam Hadiqah Riyahin, sudah terdapat perubahan besar pada diri pamannya. Pada hari ketiga ia mengamalkan kitab Hadiqah itu, ia mengalami mimpi yang sudah lama tidak ia rasakan. Dalam mimpinya itu ia dipertemukan dengan saudara-saudara dan leluhurnya yang telah wafat, kemudian ia disalaminya satu persatu. Di antara yang ia salami, ada seorang yang agak muda berpakaian putih-putih. Ia tidak tahu siapakah dia karena wajahnya tidak terlihat jelas. Hanya saja ia sempat mencium tangannya. Begitu ia mencium tangannya, wajahnya menoleh ke samping seolah tidak mau memandang kepadanya.

Kejadian mimpi itu diceritakan kepada sanak familinya. Apa maksud dari mimpi tersebut dan mengapa wajah orang misterius itu menoleh ke samping (tidak menghadap kepadanya).

Menurut penuturan murid yang menceritakan ini, setiap ia datang berkunjung pamannya ia selalu menceritakan mimpi-mimpi yang dialaminya hari demi hari. Pamannya bisa menikmati kembali 'mimpi-mimpi yang dahulu hilang entah ke mana'. Proses hidayah pamannya ini sedang berproses. Si murid berharap pamannya mengikuti jejak kakaknya (sang mertua) berbai'at kepada Syekh al-Akbar.

Ahad, 6 Juni 2010

Tidak ada komentar: