Beberapa waktu setelah cerita ini sampai kepada penulis, seorang murid dari daerah Maluku bercerita tentang sahabat di kampungnya. Ia mengungkapkan suatu cerita yang membuat merinding bulu kuduknya. Betapa tidak, sahabatnya itu pernah bertemu dengan Syekh al-Akbar Muhammad Dahlan Qs. yang telah wafat 8 tahun yang lalu. Ceritanya adalah sebagai berikut,
Suatu hari ia kehilangan Hp kesayangannya. Ia telah mencarinya ke mana-mana, namun tak kunjung ketemu. Di tempatnya ada tempat kos-kosan (kontrakan) berlantai dua. Ia mencoba mencari tahu tapi semua penghuni kontrakan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak mengetahuinya. Dengan rasa penasaran (karena merasa Hp yang ia miliki itu berharga baginya) malam-malam ia mondar-mandir mencari inspirasi di mana terakhir ia meletakkan Hp-nya. Tiba-tiba di depan kos-kosan lewat seorang Bapak Tua mengenakan sarung, berkaos dalam warna putih dan berkopiah putih, langsung menanyakan apa yang sedang ia lakukan. Setelah dijawab bahwa ia telah kehilangan sesuatu barang berharganya, si Kakek itu berkata, 'Yang mengambil Hp kamu itu adalah teman kamu yang kamarnya ada di lantas atas. Ciri-ciri pintunya adalah begini-begini!' Setelah itu si Kakek pamit pergi, dan tidak pernah ketemu lagi hingga kini.
Lanjut cerita, sepeninggal Kakek misterius tadi, keesokkan harinya ia mencoba menyelidiki apa benar yang diungkapkan si Kakek tadi malam. Dan ternyata apa yang diceritakannya itu benar. Kawannya sendirilah yang mencuri barang yang disayanginya itu.
Selanjutnya, keesokan hari ia bercerita kepada keluarga murid yang menjadi tetangganya. Ia masuk ke dalam rumahnya. Betapa kagetnya, setelah ia melihat foto seseorang yang ada di ruang tamu tetangganya itu. Foto itu adalah foto Syekh al-Akbar Muhammad Dahlan Qs, yang dikirim oleh adik tetangganya (murid Idrisiyyah) dari Jakarta. Sebagaimana diektahui pada beberapa tahun yang lalu sempat terjadi kerusuhan Ambon yang menelan banyak korban. Suasana yang mencekam keluarga murid yang berada di Ambon tersebut membuat keluarganya mencari cara apapun untuk berlindung dari peristiwa mengerikan waktu itu. Dan atas anjuran adiknya foto tersebut dipajang di ruangan tamu untuk menambah keberkahan dan perlindungan rumah.
Singkat cerita, orang yang kehilangan Hp itu begitu semangatnya mengungkapkan bahwa Kakek yang ia temui waktu itu adalah orang yang berada di foto rumah tetangganya itu. Meski saat ia temui tidak mengenakan surban dan berghamis, tapi ia tidak pernah lupa akan wajahnya. Wajahnya selalu terbayang di pelupuk matanya, dan ia tidak akan lupa atas wajah orang yang telah menolongnya itu.
Tetangganya mencoba mengingatkan kembali mungkin apakah ia salah lihat, mungkin sosok lain yang ia temui. Namun ia tetap bersikeras atas pendiriannya bahwa orang yang ia lihat adalah seperti yang ada di foto. Cerita ini pun akhirnya membuat kaget adiknya di Jakarta, yang tak lain adalah seorang murid Idrisiyyah yang menganjurkan foto Syekh al-Akbar itu dipasang di dalam rumahnya sejak kerusuhan dulu.
Benarlah firman Allah yang menyatakan, 'Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang wafat di jalan Allah itu mati, tetapi ia hidup dan diberi rizki dari sisi Allah'. (QS. Ali Imran: 169)
Hikmah cerita ini bukanlah semata-mata mengungkapkan kehebatan seseorang menolong orang yang kehilangan Hp, lebih dari itu pengetahuan yang sangat penting untuk dipahami adalah di dalam kehidupan ini ada orang-orang yang disucikan Allah yang masih menjalankan misi atau tugas dari Allah 'Azza wa Jalla. Mereka memantau perilaku dan perjalanan kehidupan manusia. Bagi seorang murid, cerita ini membuat yakin bahwa Gurunya adalah betul-betul Murobbi Ruh yang begitu nyata dengan peristiwa ini. Hanya saja, bimbingan itu kebanyakan tidak disadari karena kedhaifannya.
Dalam terminologi tasawuf, para Awliya yang masih dapat dijumpai dan berkeliaran di muka bumi padahal ia sudah dianggap telah wafat, disebut dengan 'Rijalullah atau Rijalul Ghaib'. Dan hanya orang-orang tertentu yang dikehendaki-Nya dapat bersua dengan mereka. Mereka hidup dalam dua dimensi kehidupan yang tak terjangkau oleh orang-orang yang hidup saat ini. 'Ibaadallaah Rijaalallaah Aghiitsunaa bifadhlillaah! Wallaahu A'lam wa 'Ilmuhu Atamm.
15 September 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar