Kamis, 01 November 2007

Sejarah Ilmu Nahwu

Latar belakang Abul Aswad Ad-Dualy menyusun ilmu ini adalah bermula saat ia dan putrinya berada di bawah atap rumahnya. Kemudian putrinya melihat ke langit, bintang-bintang dan gemerlapan cahayanya sewaktu keadaan gelap. Putrinya berkata padanya, "Yaa abati, maa ahsanus samaa-i ?". Ia mengira maksud putrinya adalah menanyakan, " Adakah sesuatu yang lebih baik dari bintang?"
Maka putrinya berkata, "Wahai ayahku, bukan begitu maksudku, tetapi yang kumaksud adalah (saya) ta'ajub karena keindahannya."
Ia berkata, "Kalau begitu katakanlah : maa ahsana as-samaa-a (alangkah indahnya langit itu).
Pada pagi hari, ia menghadap pada Sayyiddina Ali dan melaporkan kepadanya, " Wahai amirul Mu'minin, telah terjadi percakapan dengan putriku sesuatu yang tidak kami mengerti". Lalu ia menceritakan peristiwa yang telah ia alami bersama anaknya (seperti yang telah dituturkan di atas). Imam Ali berkata, "Ini adalah akibat bercampurnya bahasa Ajam (non Arab) dan Bahasa Arab". Kemudian beliau memerintahkannya untuk membuat aturan bahasa.
Abul Aswad lalu membeli sehelai kertas dan setelah beberapa hari ditulis di atasnya pembagian kalimat yang terdiri dari tiga bagian, yaitu isim, fi'il dan huruf yang mengandung arti dan pengertian ditambah ta'ajub (tulisan itu disodorkan pada Imam Ali). Lalu Imam Ali berkata, "Inha nahwa haadza" (Buatkan contoh seperti ini), karena itulah ilmu ini dinamakan "Ilmu Nahwu".
(An-Nisa Sholiha)

Tidak ada komentar: