Minggu, 22 Juli 2007

Allah akhirnya membukakan karunia-Nya (i)

Man lam yadzuq lam ya’rif (Barang siapa yang belum (tidak) merasakan maka ia tidak akan mengenal). Begitulah pepatah yang pernah dikemukakan seorang sufi besar masa lalu, Dzun Nun al-Mishri Qs. Inilah yang merupakan dasar mengapa setiap murid harus mengerti kebesaran (keagungan) dan maqam Syekhnya agar ia dapat berkhidmah dengan lapang. Ia harus mendapatkan bukti sebagai dasar keyakinan.
Mungkin cerita berikut ini akan menggugah kita, isteri kita atau anak-anak kita untuk mengenal lebih dekat siapakah Syekh al-Akbar itu dari sisi ruhaniyah, bukan dari sisi jasmani. Karena jika kita melihat sisi Beliau secara jasmaniyah, sama halnya para sahabat melihat Nabi Muhammad Saw dalam pandangan lahir, yang juga makan, minum, tidur, berkeluarga, dan sebagainya.
Seorang murid wanita telah membuktikan hal itu dan baru mengetahuinya, meskipun ia telah sekian tahun lamanya ikut mengaji dengan suaminya. Suaminya bercerita kepada saya,
Setiap waktu saya berdo’a kepada Allah dengan wasilah Syekh al-Akbar, mudah-mudahan isteri dan anak-anak saya dibukakan pintu hatinya agar mereka juga mendapatkan keyakinan seperti saya dalam menyikapi tuntunan dan ajaran-ajarannya selama ini. Dan saya juga ikhtiar (bukan hanya do’a), sedapat mungkin di setiap pengajian rutin hari Ahad yang dihadiri Syekh al-Akbar di Batu Tulis bisa membawa keluarganya semua (anak dan isterinya). Bertahun-tahun hal itu saya lakukan meski isteri saya belum mendapat cahaya keyakinan seteguh apa yang ia rasakan sekarang.
Tapi suatu hari sepertinya Allah mengabulkan permintaan saya. Di suatu saat istri saya sedang berzikir Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rosuulullaah fii kulli lamhatin wanafasin ’adada maa wasi’ahuu ’ilmullaah sambil melihat foto Syekh al-Akbar yang terpampang di suatu dinding rumahnya. Tiba-tiba foto tersebut mengeluarkan cahaya terang berkilau. Tentu saja kejadian ini membuatnya kaget (karena baru kali ini ia mengalami peristiwa aneh yang begitu nyata ia rasakan).
Dan pada malam harinya ketika tertidur ia bermimpi bertemu dengan sosok manusia berjubah dengan wajah hitam dan mengaku sebagai Syekh al-Akbar. Ia berkata kepada istri saya, ’Jangan ikuti Syekh al-Akbar yang lain, yang lain itu adalah Syekh al-Akbar palsu dan yang benar adalah saya ini!’ Istri saya menjadi bingung, sebab kok Syekh al-Akbar yang mengaku-ngaku itu wajahnya tidak sama dengan Gurunya. Di tengah ketakutannya itu ia berteriak Madad Syekh Akbar! maka secara tiba-tiba sosok berwajah hitam tersebut menghilang.
Kejadian inipun diceritakan kepada saya, dan saya merasa bersyukur kepada Allah. Terasa lapang dada ini mendengarnya.
Saya mendengar ini begitu senang sekaligus menimbulkan rasa iri. Duuh, seandainya isteri saya dan murid Idrisiyyah lainnya yang belum merasakan seperti itu akan mengalami hal serupa. Tentu menambah cahaya dalam rumah tangganya, dan tidak ada konflik dengan kebijakan Syekh al-Akbar melalui Birokrasi Ilahiyyah-Nya.

Tidak ada komentar: