Selasa, 17 Juli 2007

Ada apa dengan ‘Cipatujah’?

Wisata dzikir di Cipatujah memiliki misteri yang tidak diketahui banyak, termasuk murid Idrisiyyah sekalipun. Mereka (khususnya) pengurus dengan waktu dan persiapan yang sangat terbatas hanya bersikap ‘Sami’na wa Atho’na.
Beberapa hari sebelum acara tersebut Ruhani Syekh al-Akbar memberitahukan kepada salah seorang murid, mengapa diadakan acara tersebut secara mendadak? Syekh al-Akbar mengisyaratkan bahwa akan ada kejadian yang teramat besar di bumi yang saat ini kita pijaki. Sebenarnya P. Jawa ini akan meledak, dan guncangannya akan terdengar dan dirasakan oleh seluruh penjuru dunia!
Namun bumi yang sedang bergolak ini masih memandang keberadaan Sulthan Awliya di atasnya. Kethuilah bahwa gerak turun aliran darah Syekh al-Akbar secara fisik sangat berpengaruh secara significant terhadap fenomena alam saat ini.
Mengapa bumi ini bergejolak? Ooh, Syekh al-Akbar sedang mengekspresikan kekecewaan terhadap umat ini yang tidak mau peduli dengan keberadaan Imam Zaman!! Mereka (umat Islam khususnya) sudah tidak peduli dengan keberadaan Khalifah Rasulnya saat ini. Mereka acuh tak acuh.
Apa nasib umat ini jika informasi keberadaan Khalifah Zaman sudah diinformasikan, sedang mereka mengingkarinya?! Jangan heran bumi ini akan menggeliat dengan hebat. Kejadian alam yang belum pernah terjadi pada masa dahulu akan muncul. Apa gunanya dengan apa yang orang-orang usahakan selama ini tentang dunianya?
Pandangan ruhaniyah ternyata berbeda dengan pandangan mata kita yang sering tertipu dengan kesibukan dunia ini.
Dan, selang beberapa jam Menteri ESDM Bapak Purnomo Yusgiantoro dalam jumpa persnya (setelah menghadap Presiden) menginformasikan bahwa sejumlah gunung-gunung berapi di Indonesia dalam kondisi aktif . Pemerintah segera membuat rencana-rencana penanggulangan bencana alam skala nasional, mengantisipasi dengan kondisi Siaga terhadap gunung-gunung yang tiba-tiba menjadi aktif.
[Ada satu gunung dalam posisi siaga aktif, yaitu G. Soputan (Sulut). Dan 10 gunung lainnya dalam posisi waspada, yaitu: G. Talang (Sumbar), Anak Krakatau (Lampung), G. Merapi (Jateng), G. Semeru dan G. Bromo (Jatim), G. Batubara (NTT), G. Lokon dan G. Karangetang (Sulut), G. Dukono & G. Ibu (Maluku Utara).]
Berita ini merupakan relevansi sinyal ruhaniyah yang didapat oleh seorang murid Idrisiyyah. Hal ini menandakan alam ruhani lebih dahulu mengetahui kondisi-kondisi yang akan terjadi terhadap alam ini.
Setelah acara di Cipatujah (keesokan harinya) pemerintah menginformasikan bahwa beberapa gunung yang disebutkan sebelumnya turun posisinya dari siaga menjadi waspada.
Alhamdulillaaah!
Yaa, Allah Yaa Rahmaan, lindungilah kami pada saat air mata darah sudah tidak lagi berarti! Jangan jadikan kami sebagai orang-orang yang terlambat menggapai karunia hidayah-Mu.
Yaa, Allah Yaa Rahmaan, panjangkanlah usia Beliau, Syekh al-Akbar Muhyiddin Muhammad Daud Dahlan, agar tersisa waktu dan kesempatan bagi kami untuk membenahi diri, dan orang-orang yang belum mendapatkan curahan anugerah hidayah Birokrasi Ilahiyyah.


Tidak ada komentar: