Dalam beberapa hari saya mendengar 2 cerita orang kemasukan Jin. Yang pertama, seorang murid dari Jawa Timur yang menjenguk kakaknya yang sedang dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit ia mengalami kesurupan, dan berbagai upaya telah dicoba tapi tidak berhasil. Hingga adiknya datang membimbingnya berdzikir. Kakaknya dijenguk oleh seluruh kerabat dekatnya, tapi dalam pandangannya tidak semuanya hadir. Beberapa wajah dilihatnya kabur (tak berbentuk).
Jin pertama yang masuk ke tubuh kakaknya adalah jin yang agak lembut, sehingga ketika adiknya berabithah 'Madad Syekh Akbar!' maka keluarlah jin tersebut. Karena seringnya ia mengucapkannya di rumah sakit, beberapa pasien dan penjaga rumah sakit berkata, 'Wah, jinnya takut sama Pak Akbar ya?!' Si Satpam juga berkata, 'Saya kasih dong baju putihnya (ghamis, red) biar saya bisa ngusir hantu atau jin!' Si murid hanya mesem mendengarnya.
Tapi setelah itu datang lagi jin lainnya, yang lebih sulit mengatasinya. Si jin tidak mau keluar dari tubuh kakaknya. Sebagaimana sebelumnya, kakak yang kemasukan jin ini mengeluarkan suara asing, kadang laki-kadang perempuan. Begitu dibaca Surat Yasin dan dzikir, si jin meledek, 'Ayo! Teruus! Siapa yang kuat ayo! Baca apa lagi? Paling-paling Yasin sama ayat Kursy! Saya tidak takut!'
Dulu juga pernah ada seorang murid yang mempunyai adik kemasukan jin, kemudian dibacakan Surat Yasin atasnya (berharap kesurupannya hilang). Si jin menyahut, 'Bacanya salah tuh! Emangnya saya gak hafal Surat Yasin! Makanya sebelum baca belajar dulu yang bener! Tajwidnya aja belum becus mau bacain Yasin untuk saya!' Cerita ini membuat geli yang mendengarnya. Kejadian itu pun akhirnya berhasil diatasi berkat karamah Syekh al-Akbar.
Berikutnya adalah dari seorang murid di Sumatera, yang mengisahkan bagaimana karamah Syekh al-Akbar ia rasakan bersama keluarganya. Ceritanya, di kampung yang agak jauh dari kediamannya pernah terjadi peristiwa kesurupan masal. Seluruh dukun, paranormal, Ustadz, serta orang pintar telah berupaya untuk mengatasinya. Namun upaya itu tidak juga membuahkan hasil. Jin yang memasuki raga tubuh anak-anak berusia remaja itu tidak juga beranjak dari tempatnya.
Sang jin mengaku bahwa ia adalah penghuni wilayah itu sejak lama, sudah 250 tahun yang lalu sebelum orang-orang tinggal di tempat tersebut. Oleh karenanya ia tidak mau menerima jika ia diganggu, apalagi disuruh meninggalkan tempat yang sudah ditempatinya sejak lama.
Si murid ini mempunyai anak yang sering berinteraksi dengan alam ghaib. Anaknya yang sering menjumpai atau melihat peristiwa ghaib ini mencoba untuk mengobati kawan-kawannya itu. Lalu begitu ia berusaha mengeluarkan penghuni ilegal dari tubuh anak-anak yang kesurupan, yang terjadi malah jin yang ada semuanya berpindah ke tubuh anak ini. Mendengar anaknya termakan oleh kejadian kesurupan tersebut, sang ayah mendatangi tempat kejadian. Ia tidak mengerti harus melakukan apa. Yang diingat bahwa ia pernah membaca buku 'Dialog dengan Jin Muslim', karangan Muh. Isa Dawud, yang terkenal itu. Di dalamnya ada sebuah kaifiyat (cara) bagaimana mengatasi peristiwa yang semacam ini. Lalu diperintahkan beberapa ustadz untuk melakukannya, tapi sekali lagi sia-sia. Bacaan Quran semacam Yasin dan ruqyah lainnya tidak berhasil mengeluarkan sang jin dari raga korban.
Akhirnya, ia mengambil buku Hadiqah Riyahin, yang di dalamnya memuat foto Syekh al-Akbar Muhyiddin Muhammad Daud Dahlan. Buku tersebut yang memperlihatkan gambar Syekh al-Akbar langsung dihadapkan ke wajah orang yang kesurupan itu.
Yang kesurupan berteriak, 'Jangaan! Jangaan dekati saya, saya kapook!'
Si murid berkata, 'Kalau begitu kamu keluar dari tubuh anak ini!'
'Aku tidak mau!' si jin tidak mau mengalah.
'Kalau begitu rasakan saja sendiri!' Kata si murid sambil menyodorkan buku kembali.
'Yaa, baiklah. Saya mau keluar, tapi saya mau orang-orang yang telah bertindak kurang senonoh di kampung ini dikumpulkan semuanya! Saya mau mengambil kesepakatan' pinta sang jin.
Akhirnya orang-orang berkumpul mendengarkan celotehan si Jin. Satu per satu keadaan orang-orang yang ada di hadapannya dikemukakan. Salah satunya adalah seorang pemuda, katanya 'Nah, kamu ini suka pacaran dan sering berduaan di gudang kosong dekat pos. Tolong jangan kamu ulangi lagi!' Si pemuda meminta maaf kepada pemuka warga setempat dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya.
Setelah terjadi kesepakatan kedua belah pihak, bahwa penghuni kampung tidak mengganggu dan membuat perbuatan-perbuatan yang tidak pantas, maka si Jin pun bersedia keluar dari raga anaknya itu.
Si jin sempat berkata kepada si murid Idrisiyyah, 'Anak kamu itu, kurang ajar sekali sama saya. Masak ia panggil-panggil Guru Bapaknya. Saya kan jadi takut!'
'Emangnya kenapa, kamu kok takut?' tanya si murid.
'Bagaimana saya gak takut, dia tingginya sebesar pohon kelapa. Saya dikejar-kejar olehnya! Saya kapok!'
Pembicaraan ini menutup kisah kesurupan yang berlangsung selama 2 hari 3 malam. Si murid bertambah keyakinan kepada Gurunya yang juga mempunyai peran sebagai pembimbing dan pelindung alam ruhani bagi murid-muridnya.
Jakarta, 13 Oktober 2009.